Dow Futures Kembali Melemah, Rilis Data Inflasi Jadi Kunci
Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan hari ini, Selasa (7/6/2022), di mana investor masih menunggu data inflasi yang dijadwalkan akan dirilis pada akhir pekan ini.
Kontrak futures indeks Dow Jones turun 102 poin atau 0,3%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah yang masing-masing sebesar 0,3% dan 0,4%.
Ketiga mayoritas indeks utama berakhir lebih tinggi kemarin, di mana indeks Dow Jones ditutup naik 16 poin atau 0,1% setelah melonjak lebih dari 300 poin pada sesi sebelumnya. Sedangkan, indeks S&P 500 menguat 0,3% dan Nasdaq naik 0,4%.
Kemarin, semua indeks mengembalikan sebagian besar kenaikan mereka dari hari sebelumnya karena imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun naik hingga di 3% dan mencapai level tertinggi dalam hampir sebulan.
Sentimen sebagian besar diredam pada hari Senin (6/6) karena tidak ada rilis data ekonomi AS dan tidak ada musim rilis kinerja keuangan dari perusahaan besar.
Investor masih akan mengevaluasi kebangkitan bursa saham baru-baru ini, yang menjadi reli dari bear market (zona penurunan) atau aksi jual pasar telah mencapai titik terendahnya tahun ini.
"Untuk sebagian besar, jelas, dengan melihat ke belakang, pasar dinilai terlalu tinggi. Banyak yang berada di negative cap seat, perusahaan dengan nama besar, dan perusahaan yang terkait. Saya pikir kita melihat koreksi yang besar di area tersebut. Pertanyaannya sekarang yaitu apakah pasar akan menerima ekspektasi yang diberikan oleh para analis dan apakah ekspektasi tersebut akan benar," tutur Presiden Yardeni Riset Ed Yardeni dikutip dari CNBC International.
Investor akan disuguhkan dengan musim rilis kinerja keuangan dari J.M Smucker, United Natural Foods, dan Cracker Barrel yang dijadwalkan akan merilis neraca keuangannya sebelum perdagangan dibuka hari ini.
Selain itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Mei menjadi fokus utama investor yang akan dirilis pada hari Jumat (10/6). Inflasi bulan Mei diprediksikan akan mereda ketimbang bulan sebelumnya, tapi beberapa menafsirkannya sebagai tanda bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)