Tancap Gas, Batu Bara Kembali Dekati US$ 400/Ton

Maesaroh, CNBC Indonesia
07 June 2022 07:35
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara langsung merangkak naik pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin (6/6/2022), harga batu kontrak Juli di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 394,35 per ton. Naik 0,9%.

Kenaikan tersebut semakin mendekatkan harga batu bara ke level psikologis US$ 400 per ton. Dalam sepekan, harga batu bara menguat 4,8% secara point to point. Dalam sebulan harga batu bara sudah melonjak 10% sementara dalam setahun harganya melesat 241,1%.


Kenaikan harga batu bara disebabkan meningkatnya permintaan dari India, Eropa, serta Australia.  Dilansir dari S&P, BUMN pertambangan India Coal India diperkirakan akan memulai tender impor dengan sejumlah negara minggu ini. Indonesia menjadi salah satu dari negara yang diincar menjadi pemasok.

"Pengiriman akan disebar dalam beberapa bulan ke depan. Impor diharapkan bisa meningkatkan pasokan batu bara di pembangkit mereka," tulis S&P dalam Market Movers Asia, June 6-10.

Seperti diketahui, pemerintah India telah meminta Coal India untuk mengimpor 12 juta ton batu bara selama periode Juli 2022-Juli 2023. Batu bara impor tersebut akan disebar kepada produsen listrik yang sebelumnya sudah melakukan pemesanan impor.

Batas pemesanan impor sendiri sudah berakhir pada Jumat pekan lalu (3/6/2022. Jika produsen listrik tidak melakukan pemesanan hingga Jumat maka pemerintah akan "menghukum" mereka dengan mengurangi kuota batu bara lokal.

Permintaan listrik di India melonjak tajam sejak April lalu karena gelombang panas. Negeri Bollywood juga harus segera mengamankan pasokan untuk menghadapi musim hujan di Juli-September.

Permintaan batu bara dari Eropa juga meningkat karena tenggat waktu sanksi semakin dekat. Seperti diketahui, Uni Eropa telah sepakat untuk melarang impor batu bara dari Rusia mulai 10 Agustus mendatang.

"Harga batu bara Eropa akan tetap tinggi dalam beberapa minggu ke depan. Pasokan memang melimpah tetapi permintaan juga meningkat tajam. Pembeli pun kemudian memahami jika harga batu bara kemudian menjadi tinggi," tutur salah seorang pelaku pasar, seperti dikutip dari Montel News.

Pengiriman batu bara dari Rusia meningkat dalam beberapa bulan terakhir yang membuat pasokan melimpah. Pembeli dari Eropa mungkin tidak akan mengalami masalah pasokan hingga musim dingin mendatang. Namun, mereka dihadapkan pada persoalan pasokan untuk tahun depan.

Pelabuhan bagian barat laut Eropa diperkirakan menerima pengiriman batu bara impor sebanyak 6,53 juta ton dari seluruh negara pada bulan ini. Angka tersebut naik dari 4,47 juta ton pada Juni tahun lalu.

Sementara itu, Australia kemungkinan akan meningkatkan penggunaan batu bara pada pembangkit listrik mereka setelah melonjaknya harga gas. Australia tengah dipusingkan dengan melonjaknya harga gas yang membuat harga listrik negara tersebut terbang.

Sejumlah penyedia listrik independen Australia, termasuk Australia's ReAmped Energy, bahkan sudah mempersilahkan konsumen mereka untuk beralih ke produsen lain karena mereka akan menaikkan harga.

Menteri Sumber Daya Australia Madeleine King mengatakan menambah pasokan listrik dari sumber energi batu bara menjadi pilihan untuk menekan lonjakan harga listrik.

"Dalam kondisi saat ini, penting untuk mengembalikan pembangkit batu bara sesegera mungkin," tutur Madeleine, seperti dikutip dari The Guardian.



Meskipun berstatus sebagai salah satu produsen terbesar batu bara di dunia, Australia selama ini menggantungkan sumber energi listriknya kepada gas dan energi terbarukan lainnya. Pembangkit listrik batu bara mereka pun banyak yang sudah dipadamkan. Namun, lonjakan harga gas membuat Australia akan menggunakan kembali pembangkit mereka.

"Namun, dalam jangka panjang, kita akan tetap meningkatkan pasokan gas dan sumber energi terbarukan. Kami harus tetap memenuhi target net zero emissions," imbuhnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Anjlok 1% Lebih! Sans, Nanti Naik Lagi Kok...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular