
Batu Bara Diramal Balik ke US$ 400 Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara diperkirakan masih menguat pada pekan ini. Harga batu bara bergerak labil pekan lalu meskipun secara keseluruhan masih menguat.
Pada perdagangan terakhir minggu lalu, Jumat (3/6/2022), harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 390,75 per ton. Tidak bergerak dibandingkan hari sebelumnya.
Secara keseluruhan, harga batu bara menguat 5,5% selama pekan lalu. Dalam sebulan harga batu bara juga masih melonjak 25% sementara dalam setahun melesat 247%.
Analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi memperkirakan harga batu bara masih akan merangkak naik pekan ini. Batu hitam kemungkinan juga masih akan bertengger di level US$ 400 bawah. Krisis energi di India menjadi salah satu penyebabnya.
"Belum ada perbaikan dari faktor tersebut," tutur Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.
Seperti diketahui, pemerintah India tengah mempercepat pasokan batu bara. BUMN pertambangan India Coal India Ltd telah diminta untuk mengimpor 12 juta ton batu bara untuk Juli 2022-Juli 2023.
Pemerintah India telah memberikan ultimatum baru kepada produsen India untuk proses pemesanan impor batu bara. Batas pemesanan adalah Jumat pekan lalu.
Jika produsen listrik tidak melakukan pemesanan hingga Jumat maka pemerintah akan "menghukum" mereka dengan mengurangi kuota batu bara lokal. Kuota batu bara lokal akan segera dikurangi menjadi 70% dan makin mengecil menjadi hanya 60% mulai 15 Juni tahun ini.
Pembangkit listrik India menggantungkan sekitar 76% sumber energinya kepada batu bara. Permintaan listrik di India melonjak tajam sejak April lalu karena gelombang panas. Negara Bollywood juga harus segera mengamankan pasokan untuk menghadapi musim hujan di Juli-September.
Permintaan batu bara dari India diyakini juga masih akan meningkat tajam pada tahun-tahun mendatang. India akan menambah 10 pembangkit listrik batu bara dengan total kapasitas 7,01 Giga Watts (GW) untuk tahun 2022-2023.
India hanya menambah 8 pembangkit batu bara dengan kapasitas 4,49 GW pada tahun fiskal 2021-2022. Dilansir dari The Hindu, pemerintah Negeri Bollywood memperkirakan permintaan akan batu thermal sebagai sumber energi pembangkit listrik akan meningkat 1,5 miliar pada 2040. Jumlah tersebut dua kali lipat dari yang digunakan sekarang pada tahun ini.
Untuk memenuhi tingginya permintaan, India tengah berupaya meningkatkan produksi batu bara domestik hingga 1 miliar per ton hingga 2023-2024. Pada 2021-2022, India memproduksi 777 juta ton batu bara.
Selain kenaikan permintaan dari India, Zuhdi mengatakan faktor penentu lain dari pergerakan harga batu bara adalah China. Negeri Tirai Bambu sudah membuka pusat kota bisnis Shanghai pekan lalu setelah menggemboknya selama dua bulan lebih. Dibukanya kembali kota pusat bisnis China tersebut diharapkan bisa mempercepat pergerakan ekonomi negara tersebut.
Namun, Zuhdi menilai dibukanya kembali China belum akan berdampak kepada harga batu bara. "Dampaknya nggak akan terlalu besar karena harga sudah overshot. China juga memiliki short term plan untuk meningkatkan produksi domestik. Data juga menunjukkan impor China berkurang jauh,"imbuhnya.
Produksi batu bara China mencapai 1,45 miliar ton pada Januari-April, 11% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama lama tahun sebelumnya. Kenaikan produksi tersebut menekan impor batu hitam. China mengimpor batu bara sebanyak 75,41 juta ton pada Januari-April 2022, turun 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?