
Harga 'Harta Karun' Mulai Berguguran, Besok Naik Lagi?

Akan tetapi, para analis masih optimis bahwa harga komoditas masih akan menguat sepanjang tahun ini. Penyebabnya adalah pasokan yang masih berada di level rendah dan pembukaan kembali ekonomi, terutama China.
Analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi memperkirakan harga batu bara kemungkinan akan bergerak menguat pada pekan ini. Menurutnya, harga batu bara juga berpeluang kembali tembus US$ 400 meskipun tidak akan melesat jauh dari radar tersebut.
"(Harga) akan cenderung stay atau naik. Masih akan kuat di level US$ 400 bawah," tutur Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.
Zuhdi menjelaskan sejumlah faktor positif akan mendongkrak harga batu bara pekan ini. Di antaranya adalah masih besarnya permintaan dari India serta dibukanya kembali perekonomian China.
"Faktor lainnya adalah pasokan energi lain seperti gas dan minyak di beberapa negara termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat yang menipis," imbuhnya.
Kendala pasokan masih akan membayangi komoditas migas. Menggantikan Rusia tidak mudah. Pasalnya Rusia berkontribusi terhadap 11% minyak dunia dan 16% terhadap produksi gas alam dunia pada tahun 2020.
Sementara itu, harga gas alam dengan patokan Henry Hub diperkirakan akan naik menjadi US$ 5,27 per mmbtu pada tahun 2022. Ini akan jadi yang tertinggi sejak 2008. Mengutip Reuters, Bank Amerika memperkirakan harga gas akan mencapai US$ 6.4 per mmbtu.
JPMorgan memproyeksikan rata-rata harga minyak mentah dunia pada semester II-2022 di US$ 114 per barel. Ini lebih tinggi dibanding rata-rata harga minyak mentah pada semester I-2022 sebesar US$ 102 per barel.
Di sektor logam, Fitch Solution memberikan proyeksi rata-rata harga nikel dunia pada tahun 2022 sebesar US$ 27.500/ton, melonjak 49% dibandingkan rerata harga tahun 2021 sebesar US$ 18.466/ton.
Selain itu, Fitch Solution memprediksi rata-rata harga timah dunia sebesar US$ 42.000/ton. Naik 35% dibandingkan rata-rata harga pada tahun 2021 sebesar US$ 31.172/ton.
Peluang harga komoditas untuk mencapai puncaknya masih ada seiring dengan konflik yang terus berlangsung di Ukraina. Pun dengan pembukaan kembali Shanghai dari lockdown dapat menjadi sentimen positif bagi harga komoditas.
Meski demikian resesi dan kenaikan suku bunga The Fed akan membayangi laju harga komoditas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]