
Batu Bara & Gas Alam Ambrol, Harga Minyak Malah Melesat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah melesat pada perdagangan Kamis kemarin setelah merosot dalam 3 hari beruntun. Turunnya stok solar di Amerika Serikat menjelang musim dingin menjadi pemicu kenaikan tersebut.
Melansir data Refinitiv, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 2,11% ke US$ 89,11/barel, sementara Brent 2,3% ke US$ 94,57/barel.
Pada perdagangan Jumat (14/10/2022) pukul 7:00 WIB, WTI berada di kisaran US$ 89,11/barel, sementara Brent belum dibuka.
Energy Information Administration (EIA) kemarin melaporkan persediaan minyak distilasi, termasuk solar dan minyak pemanas, turun hingga 4,9 juta barel dalam sepekan yang berakhir 7 Oktober. Penurunan tersebut jauh lebih besar ketimbang ekspektasi 2 juta barel.
"Yang paling mengganggu dari laporan EIA adalah stok minyak distilasi jauh di bawah rata-rata. Musim dingin segera datang," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (13/10/2022).
Pergerakan minyak mentah berlawan dengan harga komiditas energi lainnya. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) kemarin ambles 4% ke 153,81 euro per megawatt-jam (MWH). Kemudian harga batu kontrak November di pasar ICE Newcastle ambles 3,2% ke di US$ 395/ton Kamis kemarin.
Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menawarkan tambahan gas alam ke Uni Eropa pada periode musim gugur hingga musim dingin langsung membuat harga kedua komoditas tersebut merosot.
Putin menjelaskan jika salah satu dari dua jalur pipa Nord Stream 2 aman dari kebocoran yang terjadi baru-baru ini. Rusia bisa mengirim gas melalui jalur pipa yang aman tersebut.Negara Beruang Merah tersebut juga mengatakan bisa mengirim gas melalui pipa Nord Stream ke kawasan Laut Hitam atau membuat pasokan rute baru melalui Turki.
Putin menyebut kapasitas yang dikirim bisa mencapai 27,5 miliar meter kubik per tahun. Jumlah tersebut setara dengan 8% total kebutuhan gas Eropa. Jika Rusia mengirim gas tambahan maka pasokan gas di Uni Eropa selama musim dingin akan bertambah sehingga harga gas akan terus melandai.
"Keputusannya sekarang ada di tangan Uni Eropa," tutur Putin, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tensi Geopolitik Timur Tengah Turun, Harga Minyak Bergerak Variatif