
Mimpi RI, Bikin Indeks Harga Nikel, Timah dan Bauksit Sendiri

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia melalui Holding BUMN Pertambangan MIND ID memiliki mimpi untuk memiliki indeks harga komoditas tersendiri. Seperti misalnya indeks harga nikel, timah dan bauksit yang sejauh ini mengikuti indeks harga dari London Metal Exchange (LME).
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium, (Inalum), Hendi Prio Santoso dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI.
Hendi mengatakan bahwa dari sisi market share untuk komoditas nikel, timah dan bauksit Indonesia memiliki produksi dsuplai dan permintaan dunia yang sangat signifikan.
"Kami juga punya visi yang sama ingin menetapkan indeks sendiri karena sebetulnya suplai dari Indonesia itu sangat signifikan khususnya nikel dan timah," ungkap Hendi, Rabu malam (25/5/2022).
Ia mengatakan bahwa saat ini harga komoditas seperti nikel, timah dan bauksit di dalam LME masih terpengaruh dan terkontrol oleh para trader. Yang sejatinya, trader tersebut tidak memiliki phisycal volume komoditas. "Mereka hanya punya paper dan derivatif," ungkap Hendi.
Maka dari itu, pihaknya meminta dukungan kepada pemerintah untuk menetapkan komoditas nikel, timah dan bauksit menjadi komoditas strategis nasional. Dengan begitu, Indonesia akan memiliki posisi yang firm dan confident.
"Kami yakin kita bisa lakukan setting sebagai price maket dunia. Sehingga nanti kuota produksinya ini perlu kolaborasi dengan Kementerian ESDM, karena Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM bisa diatur juga," ungkap dia.
Artinya, jangan sampai suplai dan demand dunia terugikan karena kita banjir sedniri dengan pasar yang tidak terkontrol. Maka dari itu, PT Timah Tbk (TINS) selaku pemilik komoditas timah dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) selaku penguasa komoditas nikel dan bauksit serta perusahaan l;ainnya dapat dijadikan sebagai wakil negara yang mel;akukan satu pintu ekspor.
"Sehingga volume dan harganya dapat kita tetapkan secara optimal," tandas Hendi.