
Kacau! Harga Logam Anjlok, Pesta 'Durian Runtuh' RI Selesai?

Jakarta, CNBC Indonesia - Masa jaya logam dunia tampaknya sudah habis. Harga nikel, tembaga, timah terus mencapai posisi terendah. Apakah "pesta durian runtuh" Indonesia akan berakhir?
Harga nikel dunia yang sempat menyentuh harga tertinggi US$ 48.000/ton saat ini merosot ke level 24.000-an. Pada Rabu (22/6/2022) harga nikel berada di US$ 24.449/ton. Sejak harga tertinggi pada bulan Maret di US$ 48.048/ton, harga nikel sudah turun 97% secara point-to-point (ptp).
Harga timah dunia pun terperosok 40% ptp dari harga puncaknya di US$ 48.650/ton yang dicapai pada 8 Maret 2022. Saat ini harga timah dunia tercatat US$ 29.054/ton.
Sementara harga tembaga pun sudah merosot 21,5% ptp sejak mencapai harga tertingginya di US$ 10,674/ton pada 4 Maret 2022. Pada Rabu (22/6/2022) harga tembaga berada di US$ 8.786/ton.
Ada tiga penyebab kenapa harga logam harganya jatuh terutama pada dua bulan terakhir.
Pertama, harga logam dunia terbebani oleh kebijakan lockdown di China dalam upaya menahan penularan virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sebab China adalah konsumen utama logam dunia.
China adalah konsumen nikel terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsi China mencapai 1,31 juta ton. Konsumsi timah China pun jadi terbesar dunia, mencapai 216.200 ton. Sementara China juga merupakan konsumen tembaga olahan terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsinya mencapai 54% persen dunia.
Kedua, kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) mendongkrak dolar sehingga membuat harga komoditas logam yang dibanderol dengan greenback jadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Permintaan turun, harga mengikuti.
Selain itu kenaikan suku bunga memiliki konsekuensi perlambatan ekonomi dunia. Dampaknya ke pasar logam adalah lesunya permintaan. Ketika ekonomi lambat, aktivitas manufaktur juga cenderung melambat. Hal ini yang dapat membuat permintaan logam dasar melemah.
Pada laporan terbaru tentang Prospek Ekonomi Global yang dirilis oleh Bank Dunia, Ekonomi global diproyeksikan melambat menjadi 2,9% year-on-year/yoy pada tahun 2022, lebih rendah dari proyeksi Januari sebesar 4,1%. Jika dibandingkan dengan tahun 2021 jauh melambat. Tahun lalu ekonomi global bertumbuh 5,7%.
Indonesia sendiri masih mampu merasakan 'pesta durian runtuh'. Sebab ekspor porsi ekspor logam yang tidak terlalu signifikan. Dibandingkan dengan bahan bakar mineral dan lemak dan minyak nabati/hewani yang kontribusinya mencapai 17,47% dan 10,81% terhadap jumlah ekspor Indonesia.
Nikel, tembaga, dan timah masing-masing berperan terhadap 1,7%, 1,25%, dan 1,1% terhadap jumlah ekspor Indonesia hingga bulan Mei 2022. Nilainya sebesar US$ 1,85 miliar, US$ 1,36 miliar, dan US$ 1,19 miliar.
TIM RIET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Logam Rusia Diboikot! Indonesia Bisa Makin Kaya?