Simak! Ramalan BI Soal Suku Bunga AS & Imbasnya ke Utang RI

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
24 May 2022 15:13
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo Memberikan Keterangan Pers Mengenai Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Mei 2022. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo Memberikan Keterangan Pers Mengenai Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Mei 2022. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) akan berlangsung secara agresif. Dimulai dari tahun ini sebesar 250 bps menjadi 2,75% dan 2023 menjadi 3,25%.

"Akhir 2023 akan mencapai 3,25%," terang Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo usai rapat dewan gubernur (RDG), Selasa (24/4/2022)

Hal tersebut akan memberikan dampak ke imbal hasil obligasi, di mana yield US Treasury akan meningkat. Di mana untuk 10 tahun bisa mencapai 3,45% -3,50% pada akhir tahun ini.

"Akhir tahun 2022 UST 10 tahun bisa mencapai 3,45 - 3,50%," jelasnya.

Bagaimana dampaknya ke Indonesia?

Perry menjelaskan, bila melihat beberapa waktu sebelumnya, kenaikan yiels UST akan diikuti oleh yield Surat Berharga Negara (SBN) pemerintah. Namun kini berbeda, sebab kepemilikan asing di SBN cuma tersisa 16%.

"Meskipun UST yield naik, tapi belum tentu pengaruhnya ke SBN," kata Perry.

Memang dalam penerbitan SBN terakhir, peminatnya sepi dan yield yang diminta lebih tinggi . Akan tetapi, dengan kas negara yang cukup, pemerintah juga tidak terburu-buru dalam penarikan utang.

BI juga siap membantu keuangan negara lewat SKB III yang sudah disepakati pada tahun lalu.

"Sebenarnya bagi investor dalam negeri, yield sekarnag masih menarik," pungkasnya


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dilanda Krisis, AS Tak Bakal Lagi Ngegas Kerek Suku Bunga!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular