
IHSG di Persimpangan, Masih Adakah Peluang untuk Reli?

Bursa saham Amerika Serikat (AS) turun pada perdagangan Kamis (19/5/2022). Investor melakukan aksi jual di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) untuk melawan inflasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 236,94 poin (-0,75%) ke 31.253,94. S&P 500 surut 22,89 poin (-0,58%) ke 3.900,79. Sedangkan Nasdaq melemah 29,66 poin (-0,25%) ke 11.388,5.
S&P 500 saat ini terhitung anjlok 18% point-to-point (ptp) dari rekor tertingginya. Jika koreksi sampai menyentuh 20% atau lebih maka indeks acuan utama bursa AS tersebut terkategori memasuki fase bearish, menjadi yang pertama sejak Maret 2020 ketika terjadi aksi jual akibat pandemi Covid-19.
Sementara Dow Jones telah mencapai level terendah sejak tahun 2021. Terhitung dari puncak harga tertinggi pada awal Januari, Dow Jones telah jatuh 15,3% ptp. Diikuti oleh NASDAQ yang turun 29% ptp.
"Aksi jual bagi investor adalah untuk bersiap menghadapi volatilitas yang berkepanjangan," kata Greg Bassuk, CEO di AXS Investments.
Bursa saham telah berada di bawah tekanan di sepanjang tahun ini, di mana kekhawatiran akan melonjaknya inflasi dan kenaikan suku bunga acuan telah memicu aksi jual aset berisiko seperti ekuitas.
Harga rata-rata nasional untuk satu galon bensin mencapai level tertinggi baru di US$ 4,59 per galon. Bahkan di daerah California mencapai US$ 6 per galon. Menurut Yarden Research, biaya bensin rumah tangga bisa melonjak hingga 78% dibandingkan tahun lalu. Hal ini akan makin menekan ekonomi AS.
Sebelumnya, kinerja keuangan peritel Target dan Walmart yang menunjukkan bahwa kenaikan harga energi dan permintaan konsumen yang tertahan berujung pada tekanan pendapatan mereka di tengah inflasi yang masih panas. Alhasil, saham peritel seperti Wallmart dan Target kembali turun. Masing-masing anjlok 2,74% dan 5,06%.
"Aksi jual besar-besaran di perusahaan tersebut menunjukkan bahwa tekanan inflasi akhirnya berdampak pada laba," tulis analis Barclays Maneesh S. Deshpande dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Sementara itu, klaim tunjangan pengangguran baru tercatat sebanyak 218.000 dalam sepekan terakhir.
(ras/luc)