Ini Daftar Inflasi Gila-gilaan Negara Utama Dunia, RI Masuk?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
19 May 2022 16:55
Sebuah papan harga kosong dengan nol menunjukkan bahwa tidak ada gas tersedia di pompa bensin Total, karena lebih dari dua minggu rompi kuning panjang protes atas kenaikan pajak bahan bakar berdampak pada cadangan dan distribusi bahan bakar, di Nantes, Prancis, 4 Desember 2018. REUTERS / Stephane Mahe
Foto: Sebuah papan harga kosong dengan nol menunjukkan bahwa tidak ada gas tersedia di pompa bensin Total, karena lebih dari dua minggu rompi kuning panjang protes atas kenaikan pajak bahan bakar berdampak pada cadangan dan distribusi bahan bakar, di Nantes, Prancis, 4 Desember 2018. REUTERS / Stephane Mahe

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga pada barang dan jasa meningkatkan angka inflasi yang terjadi di hampir seluruh dunia. Namun, tingkat inflasi di setiap negara pun berbeda-beda. Lantas, separah apa inflasi di Indonesia dibandingkan dengan inflasi di negara-negara utama dunia?

Menurut World Population Review, inflasi dalam dunia ekonomi diartikan sebagai sebuah keadaan di mana harga barang dan jasa mengalami kenaikan secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.

Ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih dari pandemi Covid-19, harus dihadapkan oleh perang Rusia-Ukraina, serta penguncian di beberapa kota di China yang berdampak pada pasokan global.

Rusia merupakan pemasok utama untuk komoditas minyak, gas, dan logam. Sementara itu, Ukraina merupakan pemasok utama gandum dan jagung. Perang yang masih memanas hingga hari ini, ikut mengerek harga pangan dan komoditas lainnya naik.

Indeks Harga Pangan secara bulanan yang dilaporkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) melonjak 12,6% pada Maret dan mencapai level tertinggi sejak 1990. Selain itu, secara tahunan, harga minyak dunia telah melonjak 77,77%, harga gas alam melesat 180,14%, harga batu bara naik 315,74%.

'Tsunami' inflasi pun menyabu berbagai negara di Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara lainnya. Bank for International Settlements memperkirakan setidaknya 60% negara memiliki tingkat inflasi tahunan di atas 5%. Sementara di negara berkembang, lebih dari setengahnya memiliki tingkat inflasi di atas 7%.

Mengacu pada Refinitiv, Jerman menyentuh rekor inflasi tertinggi sejak 41 tahun di bulan April dan berada di level 7,4%. Angka inflasi tersebut telah naik secara dua bulan beruntun dipicu oleh kenaikan harga barang yang meningkat 12,2% dan harga energi yang melonjak 35,3% secara tahunan.

AS menyusul dengan rekor inflasi tertinggi sejak 1982 atau 40 tahun di 8,3% di bulan April. Penyumbangnya adalah harga makanan, tempat tinggal, tiket pesawat, dan harga kendaraan. Harga makanan naik 0,9%, biaya tempat tinggal naik 0,5% dan biaya hunian naik 5,1% secara tahunan. Sedangkan, harga tiket pesawat melonjak 33,3%.

Sementara itu, Jepang dijadwalkan akan merilis data inflasi bulan April pada Jumat (20/5) dan Hong Kong pada Senin (23/5).

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Simak di halaman berikutnya

Pada Senin (9/5/2022), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia sebesar 0,95% (month to month/mtm) pada April 2022, atau tertinggi sejak Januari 2017. Secara tahunan (year on year/YoY), inflasi Indonesia melesat ke 3,47% atau tertinggi sejak Agustus 2019. Inflasi tahunan tersebut semakin mendekati batas atas target BI yaitu 4%.

BPS juga mencatat inflasi inti pada April menembus 2,6% (YoY) yang merupakan rekor tertinggi sejak Mei 2020 atau dua tahun lalu di mana pada saat itu inflasi inti mencapai 2,65%.

Sampai hari ini, inflasi di Indonesia telah mencapai rekor tertinggi sejak 4 tahun 6 bulan yang lalu, lonjakan inflasi tersebut terbilang cukup rendah ketimbang dengan negara-negara lainnya di dunia.

Sejumlah ekonom mengatakan inflasi yang melonjak di April didorong oleh faktor musiman bulan Ramadhan, kenaikan harga BBM, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), serta melesatnya harga komoditas pangan akibat perang Rusia-Ukraina.

Sebagai catatan, awal bulan Ramadhan dimulai pada 3 April 2022. Per 1 April 2022, pemerintah juga menaikkan harga Pertamax serta PPN sebesar 1% menjadi 11%. Harga Pertamax pada 1 April lalu yakni menjadi Rp 12.500 - Rp 13.000 per liter dari sebelumnya Rp 9.000 - Rp 9.400 per liter.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memastikan respon kebijakan BI akan sangat tergantung dari penyebab inflasi. Bank sentral akan juga melakukan sejumlah upaya untuk meredam inflasi termasuk dengan memperkuat kerja sama dengan pemangku kepentingan, termasuk pemerintah.

"BI terus memonitor resiko inflasi ke depan, besaran dan timing dari respons kebijakan moneter akan tergantung pada faktor-faktor penyebab inflasi. Jika tekanan inflasi, khususnya inflasi inti, dipandang permanen dan akan melampaui sasaran, BI siap mengambil langkah-langkah berikutnya termasuk penyesuaian suku bunga," tutur Dody, Selasa (10/5/2022),.

Dengan melihat daftar tersebut, di mana Indonesia ada di urutan buncit negara dengan rekor inflasi tertinggi sepanjang sejarah masing-masing, bisa disimpulkan bahwa kondisi perekonomian masih baik-baik saja. Setidaknya, belum ada pukulan dari kenaikan harga pangan dan energi dunia akibat perang Rusia-Ukraina.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular