
Suku Bunga Fed Bisa di Atas 3,5%, Rupiah Lemah Letih Lesu

Kenaikan suku bunga yang agresif tersebut mau tidak mau akan membuat Bank Indonesia (BI) untuk juga mengerek suku bunganya agar daya tarik aset dalam negeri masih terjaga. Suku bunga acuan BI saat ini 3,5%, dan terus menyempit dengan Amerika Serikat.
Dampaknya sudah terlihat di pasar obligasi Indonesia yang mengalami capital outflow hingga Rp 78 triliun sepanjang tahun ini. Selain itu, Selain itu, lelang obligasi juga menjadi kurang menarik. Pekan lalu penawaran yang masuk hanya Rp 19,7 triliun di bawah target indikatif 20 triliun dan yang dimenangkan hanya 7,7 triliun.
BI akan melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) lagi pada 23 dan 24 Mei mendatang. Kemungkinan BI menaikkan suku bunga masih ada, tetapi sepertinya kecil, sebab BI kemungkinan akan mengamati terlebih dahulu perkembangan inflasi inti pasca Ramadan.
Meski demikian, pelaku pasar akan melihat apakah BI masih bersikap dovish atau akan sedikit hawkish dengan mengindikasikan suku bunga akan naik di semester II-2022. Jika itu terjadi, rupiah tentunya punya tenaga untuk menguat.
Sebelumnya, pasar akan melihat rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), yang di dalamnya berisi transaksi berjalan (current account) Jumat besok.
Surplus transaksi berjalan menjadi faktor penting bagi rupiah, sebab mencerminkan arus devisa yang lebih stabil. Dengan neraca perdagangan yang terus mencetak surplus, hingga 24 bulan beruntun, transaksi berjalan Indonesia berpeluang masih mempertahankan surplusnya di kuartal I-2022, sehingga bisa memberikan sentimen positif ke rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
