
Suku Bunga Fed Bisa di Atas 3,5%, Rupiah Lemah Letih Lesu

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren buruk rupiah masih berlanjut pada perdagangan Kamis (19/5/2022). Mata uang Garuda masih belum mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang bulan ini.
Pergerakan yang sama masih terjadi, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,1%, tetapi dalam hitungan detik sudah berbalik melemah. Rupiah sempat merosot hingga ke Rp 14.736/US$, yang merupakan level terlemah sejak 16 Oktober 2020.
Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.730/US$, melemah 0,31% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dalam 8 hari perdagangan sepanjang Mei, rupiah tercatat melemah sebanyak 6 kali dan 2 kali stagnan. Total pelemahan rupiah sepanjang bulan ini sebesar 1,62%, dan sepanjang tahun ini 3,37%.
Suku bunga di Amerika Serikat yang akan terus dinaikkan membuat rupiah tertekan.
Selasa lalu, ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell menyatakan tidak akan ragu untuk menaikkan suku bunga hingga di atas level netral guna meredam inflasi.
"Apa yang perlu kita lihat adalah inflasi turun dengan cara yang jelas dan meyakinkan. Jika kami tidak melihat itu, kami harus mempertimbangkan untuk bergerak lebih agresif," tuturnya pada Konferensi Wall Street Journal yang dikutip dari Reuters.
Suku bunga dikatakan netral jika berada di level yang tidak menstimulasi perekonomian tetapi juga tidak menekannya. Suku bunga di AS dalam posisi netral diperkirakan berada di level 3,5%, dan kemungkinan akan berada di level tersebut pada tahun depan. Sebab, pasar pasar kini melihat di akhir tahun suku bunga The Fed akan berada di kisaran 2,75% - 3%, artinya akan ada kenaikan 200 basis poin lagi.
Suku bunga di atas netral, artinya bisa menekan perekonomian, dan Powell juga mengakui hal tersebut. Tetapi, ia menyatakan ada "banyak langkah" yang bisa dilakukan agar perekonomian AS tidak mengalami resesi yang dalam.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Selisih Suku Bunga Menyempit, Pasar Tunggu Petunjuk BI
