
Kejatuhan LUNA & UST, Kiamat Kripto Di Depan Mata?

Organisasi nirlaba yang berbasis di Singapura tersebut merilis pernyataannya pada Senin (16/5/2022) lalu, yang mendokumentasikan bagaimana LFG mencairkan kripto senilai jutaan dolar dalam upayanya untuk memulihkan kejatuhan UST.
Dalam laporan yang dirilis, LFG mengatakan telah mentransfer lebih dari 50.000 bitcoin untuk diperdagangkan dengan rekanan pada 8 Mei, karena harga UST awalnya mulai merosot.
Dikatakan bahwa dana tersebut digunakan untuk mengeksekusi on-chain swap dan mentransfer BTC ke rekanan sehingga memungkinkan mereka memasuki perdagangan dengan Foundation dalam ukuran besar dan dalam waktu singkat.
Pada Kamis pekan lalu 12 Mei, LFG mengatakan 30.000 Bitcoin dari cadangannya dijual oleh Terraform Labs, perusahaan asli di belakang Terra, sebagaimana hal ini dilakukan dalam upaya terakhir untuk mempertahankan UST.
LFG juga mengatakan bahwa dana ini akan digunakan untuk mengkompensasi sisa pengguna UST, utamnya para pemegang terkecil terlebih dahulu.
Total, LFG mencatat bahwa cadangan Bitcoin-nya hampir habis dari sekitar 80.000 BTC menjadi 313 BTC. Aset yang tersisa, yang sebagian besar terdiri dari koin digital (token) UST dan LUNA yang jatuh, tampaknya akan digunakan untuk dana kompensasi kepada investor yang terdampak dari jatuhnya dua token tersebut.
Dalam laporan berikutnya, LFG membantah tuduhan bahwa mereka menyelamatkan para whales (investor besar) dengan harta bitcoin.
"Kami tidak pernah ada kesepakatan dengan 'orang dalam' untuk keluar. Dana LFG hanya digunakan tepat dalam mandatnya untuk membantu melindungi investor yang terdampak dari kejatuhan UST," kata LFG, dikutip dari CoinDesk.
UST sempat menjadi salah satu stablecoin paling populer di dunia dan sempat juga menduduki empat besar stablecoin di dunia berdasarkan kapitalisasi pasarnya setelah stablecoin milik Binance yakni Binance USD (BUSD).
Saat diterbitkan pertama kali nilainya US$0,8 per koin dan sempat mencapai harga tertinggi sepanjang masa sebesar US$ 119,55 per keping pada April lalu. Bahkan pernah menjadi aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar senilai US$ 40 miliar.
Kini, harganya sudah cukup jauh dari 1 sen dolar AS, di mana berdasarkan data dari CoinMarketCap sekitar pukul 09:05 WIB hari ini, harganya kini menyentuh US$ 0.0001863 per keping, sangat jauh dari harga tertinggnya pada April lalu.
Menurut CEO platform manajemen aset kripto NOBI, Lawrence Samantha, LFG sedari awal sudah mengenal risiko di balik 'bisnis' kepercayaan.
Itu sebabnya LFG menjadikan Bitcoin sebagai reserve currency. Ini sama halnya sebuah negara yang memiliki cadangan untuk menjaga nilai mata uangnya.
"Jadi, LFG in seperti bank sentral dengan Bitcoin sebagai reserve. Jumlah Bitcoin milik LFG juga tidak kecil, bahkan cukup juka dibutuhkan untuk menjaga harga," terang Lawrence.
Karena jumlah itu, ditambah Bitcoin memiliki bobot yang cukup besar terhadap kapitalisasi pasar kripto, maka pasar goyah jika ada penjualan besar-besaran atas aset ini.
"Mereka jual Bitcoin untuk menjaga LUNA, institusi di belakangnya. Jadi, ini sangat memberikan dampak ke pasar. Sekarang masalahnya, apakah LFG bisa bertahan?" jelas Lawrence.
Menurutnya, investor baru yang bersedia menggelontorkan investasi lebih besar adalah sang juru selamat LFG dalam situasi saat ini.
(chd/chd)