Shanghai Mau Buka 'Gembok', Harga Karet Naik

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
17 May 2022 17:02
A worker collects latex from a rubber tree in Sanya, in Hainan province in this November 6, 2007 file photo. Scientists are worried that the expansion of rubber plantations to feed China's voracious tyre industry, the world's largest, will destroy the ecosystem of Xishuangbanna, tucked between China's borders with Laos and Myanmar. REUTERS/Andy Gao/Files
Foto: REUTERS/Andy Gao

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumen utama karet, China, membawa kabar baik ke pasar terkait pelonggaran pembatasan akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Hal ini kemudian mendorong harga karet.

Pada hari Selasa (17/5/2022) harga karet berjangka Jepang ditutup di JPY 244,9/kg, naik 0,37% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Pelaku pasar merespons positif perkembangan di China. Negeri Tirai Bambu membuka wacana untuk melonggarkan pembatasan akibat pandemi. "Ada optimisme bahwa situasi COVID di Shanghai membaik," kata seorang pedagang yang berbasis di Singapura.

Shanghai, wilayah yang sudah berminggu-minggu memberlakukan karantina wilayah (lockdown), rencananya akan kembali dibuka dan warga boleh beraktivitas secara normal pada 1 Juni mendatang. Wacana ini datang setelah 15 dari 16 distrik di pusat ekonomi dan finansial China itu mengalami penurunan kasus positif Covid-19.

Pada 16 Mei, data John Hopkins University menyebut kasus positif harian Covid-19 di Shanghai ada 70 orang. Ini adalah yang terendah sejak 27 Maret.

China memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan harga karet dunia. Itu karena Negeri Panda merupakan konsumen karet terbesar di dunia dengan menyerap 4,7 juta metrik ton, mengacu data Statista. Sehingga saat permintaan dari China naik, harga akan mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Bangkit dari Kubur, Harga Karet Meluncur!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular