Cadev RI Jeblok US$ 3,4 M, Kurs Dolar Singapura Nanjak!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 13/05/2022 13:30 WIB
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (13/5/2022). Cadangan devisa Indonesia yang merosot tajam membuat rupiah tertekan.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 12:01 WIB dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.477/SG$, menguat 0,34% di pasar spot.

Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan posisi cadangan devisa per akhir Maret sebesar US$ 135,7 miliar, jeblok US$ 3,4 miliar dari bulan sebelumnya.
Posisi cadangan devisa tersebut merupakan yang terendah sejak Novenber 2020 lalu.


Semakin besar cadangan devisa, artinya BI punya lebih banyak "peluru" untuk menstabilkan rupiah. Ketika cadangan devisa turun, maka "peluru" semakin berkurang sehingga memberikan sentimen negatif ke rupiah.

"Penurunan posisi cadangan devisa pada April 2022 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian," tulis BI dalam keterangan resmi Jumat (13/5/2022).

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan" tambah keterangan tersebut.

Di bulan ini, cadangan devisa tersebut berisiko semakin menurun jika melihat nilai tukar rupiah yang terus tertekan dan capital outflow yang terjadi di pasar obligasi. BI tentunya lebih banyak melakukan intervensi.

Ketika cadangan devisa perlu digunakan untuk melakukan intervensi, pasokan devisa justru akan semakin seret di bulan ini. Sebabnya, pemerintah melarang ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan semua produk turunannya.

CPO yang termasuk dalam ekspor HS 15 (lemak dan minyak hewani/nabati) merupakan salah satu penopang neraca perdagangan Indonesia hingga mampu mencetak surplus dalam 23 bulan beruntun. Kontribusinya terhadap total ekspor menjadi yang terbesar kedua setelah HS 27 (bahan bakar mineral) yakni batu bara.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor HS 15 sepanjang kuartal I-2022 mencapai US$ 7,9 miliar mengalami kenaikan lebih dari 13% dari periode yang sama tahun lalu.

Setiap bulannya ekspor CPO dan produk turunannya tersebut berada di kisaran US$ 2,5 miliar - US$ 3 miliar. Nilai tersebut tentunya akan lenyap jika sepanjang bulan ini ekspor CPO masih dilarang, pasokan devisa pun menjadi seret.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor