Harga Tembaga Naik Tipis di Tengah Dolar AS yang Kian Perkasa
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia terpantau menguat pada perdagangan siang hari ini. Namun, masih berada di posisi terendah sejak tujuh bulan lalu.
Pada Jumat (13/5/2022) pukul 11.30 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.089/ton, naik 0,53% dibandingkan dengan harga perdagangan kemarin.
Harga tembaga jatuh 16% dari rekor tertinggi US$ 10.845/ton pada bulan Maret karena kekhawatiran perlambatan ekonomi global membayangi permintaan. Ini membawa tembaga terjaga dalam jalur penurunan selama enam minggu berturut-turut.
"Harga logam telah jatuh kembali ke tingkat pra-konflik (2021) karena dolar AS yang kuat, penguncian China, dan melemahnya permintaan China membebani sebagian besar kenaikan (harga tembaga)," kata Fitch Solutions dalam sebuah catatan.
"Kami memperkirakan lebih banyak pelemahan harga di kuartal II-2022 sebelum stabilisasi di paruh kedua tahun ini, karena penguncian China berlanjut."
Untuk diketahui, dolar Amerika Serikat (AS) jadi musuh tembaga. Pasalnya, tembaga akan makin mahal bagi pemegang mata uang lainnya karena komoditas ini dibanderol dengan greenback.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, menguat 0,87% ke level 104,750 pada perdagangan kemarin. Melewati rekor tertingginya sejak dua dekade pada Senin (9/5/2022) di level 104,49.
Tingginya dolar AS diakibatkan oleh kenaikan suku bunga, dikhawatirkan akan jadi penghambat pemulihan ekonomi dunia. Efeknya bisa terasa hingga tembaga.
Badan Moneter Dunia (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3,6% pada tahun 2022. Ini turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,4% dan pertumbuhan ekonomi dunia tahun lalu sebesar 5,1%.
Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari hal tersebut. Sebab tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, listrik, transportasi, dan industri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/vap)