
Harga CPO Naik, tapi Petani RI Menjerit! Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) naik tipis di sesi pembukaan perdagangan pada hari ini, Kamis (12/5/2022), Lantas bagaimana tren ke depan? apakah akan terus menanjak?
Mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 08:20 WIB harga CPO di banderol di level MYR 6.507/ton atau naik tipis 0,48%.
Dengan begitu, harga CPO masih drop 3,63% secara mingguan, tapi tetap naik 6,06% secara bulanan dan menguat 53,39% secara tahunan.
Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, menilai bahwa harga CPO dapat menembus titik resistance di MYR 6.602/ton, dan naik ke titik target MYR 6.758/ton. Dia juga memprediksikan bahwa harga CPO akan stabil di sekitar titik support di MYR 6.290/ton.
![]() |
Dari dalam negeri, Indonesia sedang mencari keseimbangan antara memanfaatkan harga minyak sawit global yang tinggi sambil memastikan harga makanan di dalam negeri terjangkau, di tengah larangan ekspor minyak kelapa sawit.
Larangan ekspor tersebut mengguncang pasar minyak nabati global yang sudah berjuang setelah perang di Ukraina menghilangkan sebagian besar pasokan minyak bunga matahari. Minyak sawit menguasai dari sepertiga pasar minyak nabati dunia, sementara Indonesia menyumbang sekitar 60% dari pasokan minyak sawit.
Musdhalifah Machmud, Wakil Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, mengatakan pemerintah ingin sawit tidak hanya tersedia, tetapi juga terjangkau.
"Sebagai pemerintah, kita harus menjaga keseimbangan antara harga internasional yang tinggi dan (pengendalian) harga domestik untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng bagi rakyat kita," tambahnya yang dikutip dari Reuters.
Rupanya, larangan ekspor CPO Indonesia tidak hanya merugikan pasar minyak nabati internasional, tapi pasar nabati dalam negeri juga menderita.
Fadhil Hasan, seorang pejabat di Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), berharap larangan itu bisa dicabut dalam waktu dua minggu hingga satu bulan.
Hal serupa diserukan oleh Gulat Manurung, Ketua Kelompok Tani Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), bahwa larangan ekspor juga berdampak pada petani skala kecil. Pasalnya, pabrik membeli buah segar kelapa sawit dengan harga sekitar setengah dari harga yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dan bahkan di bawah biaya produksi.
Petani kini menjual buah sawitnya dengan harga sekitar Rp 1.500/kg, sementara biaya produksinya sekitar Rp 1.800/kg. Tidak hanya itu, beberapa pabrik telah berhenti membeli dari petani mandiri untuk memprioritaskan panen dari kebun mereka sendiri.
"Petani menanggung beban terberat dari penghentian ekspor ini. Pabrik sekarang menimbun minyak (murah) dari petani untuk dijual nanti dengan harga tinggi ketika larangan dicabut," katanya, seraya menambahkan dia berharap kebijakan yang lebih saling menguntungkan akan menggantikan kebijakan larangan ekspor CPO tersebut.
Seperti diketahui, Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto pada beberapa waktu lalu mengatakan bahwa larangan ekspor CPO akan tetap berlaku sampai harga minyak goreng curah turun menjadi Rp 14.000/liter di seluruh negeri. Tapi hingga Selasa (10/5), data Kementerian Perdagangan menunjukkan minyak goreng curah dijual dengan harga Rp 17.600/liter.
Menurut Gabriel Tay, Analis Asosiasi Moody's Analytics mengatakan dalam sebuah penelitiannya bahwa larangan ekspor dapat mengatasi harga minya goreng yang tinggi dan akan menjadi "Victory Pyrrhic" (suatu kemenangan yang diraih dengan mengalami kerugian yang besar), serta dapat membahayakan perekonomian Indonesia.
