
Harga CPO Naik, tapi Petani RI Menjerit! Kok Bisa?

Ketika Indonesia yang merupakan produsen utama CPO dunia melarang ekspornya, Malaysia dikabarkan justru menaikkan produksi ekspor CPOnya yang cukup signifikan.
Melansir data dari Diler Kargo Societe Generale de Surveillance pada Rabu (11/5), ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-10 Mei naik 45,2% menjadi 371.295 ton dari 255.789 ton jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Tidak hanya itu, Kementerian komoditas Malaysia telah mengusulkan pemotongan pajak ekspor minyak sawit sekitar setengah harga untuk membantu mengisi kekurangan pasokan minyak nabati global dan menumbuhkan pangsa pasar Malaysia.
Menteri Industri dan Komoditas Perkebunan Zuraida Kamaruddin mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada hari Selasa (10/5) bahwa kementeriannya telah mengusulkan pemotongan tersebut kepada kementerian keuangan, yang telah membentuk sebuah komite untuk melihat rinciannya.
Malaysia berencana memotong pajaknya, menjadi 4% -6% dari 8% saat ini. Keputusan tersebut akan diimplementasi paling cepat di bulan Juni.
Malaysia ingin meningkatkan pangsa pasar minyak nabati setelah invasi Rusia ke Ukraina mengganggu pengiriman minyak bunga matahari dan langkah Indonesia untuk melarang ekspor minyak sawit semakin memperketat pasokan global.
Malaysia juga akan memperlambat implementasi mandat biodiesel B30, yang menggunakan bahan baku sebanyak 30% minyak sawit. Malaysia ingin memprioritaskan pasokan ke industri pangan global dan domestik terlebih dahulu.
Meski begitu, Malaysia masih menghadapi krisis tenaga kerja asing yang belum terselesaikan hingga hari ini, karena pemerintah Malaysia belum dapat memenuhi janjinya untuk mendatangkan 32.000 pekerja asing.
"Krisis tenaga kerja, terutama untuk pemanen buah di perkebunan kelapa sawit, saat ini masih kritis," tutur Dirketur Malaysia Palm Oil Association (MPOA) Datuk Nageeb Wahab yang dilansir dari The Borneo Post.
Dia juga memprediksikan setidaknya perusahaan perkebunan berisiko kehilangan sekitar 15%-25% produksi tahun ini. Padahal, produksi CPO Malaysia sudah menurun di tahun sebelumnya karena pandemi Covid-19, sehingga mengharuskan Malaysia untuk menutup akses perbatasan negaranya guna menekan penyebaran virus yang lebih parah. Produksi CPO pun mengalami penurunan.
Pada tahun 2021, Malaysia mengalami penurunan pada produksi CPO nya yang hanya sekitar 18,12 juta ton dari 19,14 juta ton pada tahun 2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)[Gambas:Video CNBC]
