Elon Musk Bilang Harga Nikel Mahal, Pantasnya Berapa?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
11 May 2022 13:45
nikel
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Elon Musk menyebut harga nikel sudah kemahalan. Ucapan bos Tesla tersebut lantas tidak baik bagi Indonesia yang notabene merupakan produsen tambang dan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.

"Banyak pabrikan mobil dan perusahaan baterai melakukan shifting yang tadinya pakai nikel menjadi teknologi yang lebih murah, termasuk Tesla," jelas Septian Hario Seto, Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, kepada CNBC Indonesia, Rabu (11/5/2022).

Indonesia memang merupakan produsen nikel terbesar di dunia dengan hasil produksi mencapai 1 juta ton pada tahun 2021 dengan cadangan sebesar 21 juta ton.

Produksi dan Cadangan Nikel Dunia 2021Sumber: USGS

Akan tetapi, hasil produk nikel Indonesia mayoritas masih merupakan kelas 2 yang belum cukup syarat menjadi bahan utama baterai listrik. Sementara nikel yang dibutuhkan adalah kelas 1 dengan tingkat kemurnian 99,96%.

Menurut booklet nikel yang diterbitkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada 2019 produksi nikel Indonesia didominasi oleh Ferronickel (FeNi) dan Nickel Pig Iron (NPI) yang merupakan kelas 2. Sementara produksi Nikel MHP yang merupakan cikal bakal nickel sulphate atau cobalt sulphate, bahan baku komponen baterai, masih nihil.

Artinya, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah besar untuk membangun smelter yang pantas digunakan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Pastinya ini memerlukan modal besar dan waktu. Akan tetapi, Indonesia sudah berkomitmen mewujudkan langkah tersebut.

Hasil Produksi Nikel DuniaSumber: Booklet Nikel ESDM

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan saat ini terdapat lima smelter dengan teknologi HPAL tengah dibangun. Kelima smelter tersebut ditargetkan bisa operasi pada 2022 atau paling lambat pada 2023.

Asal tahu saja, High Pressure Acid Leach (HPAL) adalah metode yang digunakan di smelter untuk menghasilkan produk MHP. Adapun total belanja modal atau investasi dari keenam smelter HPAL tersebut diperkirakan mencapai US$ 5,13 miliar atau sekitar Rp 75,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.800/US$), ujar Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif.

"Proyek smelter HPAL merupakan proyek yang sensitif disebabkan nilai capex (belanja modal) yang besar, bahkan lebih besar daripada RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace)," ujarnya dalam sebuah diskusi tentang nikel secara virtual.

Menurutnya, investasi untuk smelter HPAL bisa mencapai US$ 65.000/ton nikel, sementara RKEF hanya US$ 13.000/ton nikel. Selain itu, lanjutnya, Indonesia belum menguasai teknologi ini karena mayoritas dunia didominasi oleh penyedia teknologi dari Jepang seperti yang dimiliki Sumitomo dan Mitsubishi.

Dengan produksi tambang dan cadangan nikel yang melimpah, tak salah jika Indonesia kelak jadi 'tumpuan' pasokan bahan baku baterai EV di tengah pasokan yang menipis. Namun memang perlu banyak modal untuk mengkonversi menjadi nikel layak baterai EV.

Roda waktu terus berjalan. Dunia tak bisa menunggu Indonesia untuk menyelamatkan iklimnya. Produksi EV terus digenjot sejalan dengan minat tinggi yang tercermin dari jumlah penjualan yang berlipat tiap tahunnya.

Pada 2021 penjualan kendaraan listrik ditaksir mencapai 6,36 juta unit, mengutip laporan Rho Motion. Jumlah tersebut melonjak 105% dibanding penjualan tahun 2020 sebesar 3,10 juta unit.

Pada tahun 2022, penjualan EV diperkirakan akan menyentuh 10 juta unit. Melonjak 3,64 juta unit atau 36% dibandingkan tahun 2021.

Penjualan EVSumber: Reuters

Minat EV yang besar, otomatis mendorong permintaan nikel sebagai bahan baku utama terbesar nikel. Sayangnya ada kendala pasokan yang harus dialami bikin Elon Musk dan produsen kendaraan listrik pusing tujuh keliling. 

Rusia, Kaledonia Baru dan Kanada adalah produsen utama bijih sulfida untuk produksi nikel kelas 1. Dengan Jepang, Kanada, Rusia, dan Australia sebagai pemasok utama logam yang dihasilkan dari bijih tersebut. Namun pengiriman material baru dari peningkatan produksi di negara-negara ini diperkirakan masih 18-24 bulan lagi.

Ditambah ketidakpastian pasokan dari Rusia, produsen hampir 20 persen pasokan nikel kelas 1 global. Saat ini memang nikel Rusia masih belum dilarang untuk diperdagangkan di bursa logam acuan di London (LME). Namun, larangan perdagangan untuk beberapa logam Rusia seperti timah membuka peluang larangan untuk nikel.  

Kekurangan nikel telah menyebabkan penarikan stok di gudang yang dipantau oleh LME. Per 10 Mei 2022, stok nikel di gudang LME tercatat 73.122 ton. Jumlah ini telah turun 72,37% dari puncak persediaan terakhir pada bulan April lalu.

Yang lebih penting adalah stok briket kantong yang mudah dihancurkan menjadi partikel kecil dan dilarutkan dalam asam sulfat untuk membuat nikel sulfat untuk baterai. Persediaannya sebesar 65.676 ton turun 67% sejak April lalu.

Kelangkaan ini yang mendorong harga nikel melonjak dari US$ 20.757/ton pada akhir 2021 menjadi US$ 28.414/ton saat ini. Kekacauan pasar nikel pada awal Maret lalu membuat harga nikel melonjak 250% perdagangan dalam dua hari berturut-turut mencapai di atas US$ 100.000/ton. Aksi short selling raksasa penambang nikel asal China dituding jadi penyebab kekacauan ini.

LME sebagai bursa yang jadi acuan perdagangan logam dunia tersebut pun harus menangguhkan pasar nikel lebih dari seminggu.

Perdagangan yang dimulai telah mengakhiri minggu paling dramatis dalam sejarah pasar logam London. Kejadian tersebut membawa industri ke dalam 'kekacauan'. Menyebabkan segelintir pialang sudah berada di ambang kebangkrutan.

Setelah menghentikan perdagangan pada saat itu, bursa juga mengambil langkah dramatis dengan membatalkan sekitar US$ 3,9 miliar transaksi yang terjadi ketika harga bergerak dari US$ 50.000 menjadi lebih dari US$ 100.000/ton.

Meskipun telah disesuaikan kembali, harga nikel dunia tetap bertahan di level US$ 30.000/ton sebelum akhirnya turun.

Pada penutupan perdagangan kemarin (10/5/2022) harga yang diperdagangkan LME untuk kontrak 3 bulan tercatat US$ 28.414/ton. Kembali ke harga sebelum pasar menjadi chaos. Rata-rata harga nikel saat ini sebesar US$ 29,397. Masih lebih mahal ketimbang proyeksi rata-rata harga fundamental nikel menurut analis.

Fitch Solution memberikan proyeksi rata-rata harga nikel dunia pada tahun 2022 US$ 27.500/ton, naik Proyeksi ini melonjak 49% dibandingkan rerata harga 2021 sebesar US$ 18.466/ton. Namun demikian, harga nikel masih jauh lebih murah dibandingkan kobalt yang dibanderol US$ 70.000/ton

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut-Elon Musk Bertemu, Harga Nikel Bangkit!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular