
Rupiah Juara vs Dolar AS, Ini Obat Kuatnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berjaya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di sesi awal perdagangan hingga tengah hari ini, Rabu (11/5/2022). Sentimen pasar yang kian membaik mendorong penguatan Mata Uang Garuda.
Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air di sesi awal perdagangan menguat 0,24% ke Rp 14.520/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,1% saja ke Rp 14.540/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Pada pukul 11.00 WIB, indeks dolar berada di level 103,86 terkoreksi 0,06% terhadap 6 mata uang dunia.
Diketahui, indeks dolar AS sempat menyentuh rekor terbarunya pada Senin (9/5) di level 104,49 selama 20 tahun dan menandai kenaikan selama lima pekan. Dengan begitu, si greenback telah naik hampir 9% di sepanjang tahun ini.
Meski melemah, indeks dolar AS tetap berada di dekat level tertinggi dua dekadenya, menjelang rilis data inflasi AS bulan April, yang dapat memberikan petunjuk tentang seberapa agresif bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mengetatkan kebijakan moneternya.
Pelaku pasar sedang menanti rilis indeks harga konsumen AS yang dijadwalkan akan dirilis hari ini pukul 19:30 WIB waktu Indonesia. Investor memprediksikan inflasi AS akan mulai mereda dan berada di 8,1% atau turun dari angka inflasi di bulan Maret sebanyak 8,5%.
Menurut alat FedWatch CME, pasar berekspektasi bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan di bulan Juni sebanyak 50 basis poin.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) sepertinya tidak mau ketinggalan dengan tren bank sentral dunia yang menaikkan suku bunga acuannya karena inflasi yang terus meninggi.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memastikan reaksi kebijakan BI akan sangat bergantung pada penyebab inflasi, serta BI akan melakukan sejumlah upaya untuk meredam inflasi, termasuk dengan memperkuat kerja sama dengan pemerintah.
Pada awal pekan ini Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis angka inflasi Indonesia bulan April yang melesat ke level 3,47% secara tahunan dan menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2019. Inflasi tahunan tersebut semakin mendekati target BI yang berada di kisaran 2-4%.
"BI terus memonitor risiko inflasi ke depan, besaran dan timing dari respons kebijakan moneter akan tergantung pada faktor-faktor penyebab inflasi. Jika tekanan inflasi, khususnya inflasi inti, dipandang permanen dan akan melampaui sasaran, BI siap mengambil langkah-langkah berikutnya termasuk penyesuaian suku bunga," tutur Dody, kepada CNBC Indonesia.
Well, jika BI menaikkan suku bunga acuannya yang sejalan dengan tren bank sentral dunia lainnya, akan menjaga daya tarik dan stabilitas rupiah. Sehingga, keperkasaan dolar AS baru-baru ini akan dapat terminimalisir dampaknya pada nilai tukar rupiah.
Jika mengacu pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF), potensi penguatan rupiah akan terus berlanjut hari ini dibandingkan dengan beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin (10/5).
Periode | Kurs Selasa (10/5) pukul 15:13 WIB | Kurs Rabu (11/5) pukul 11:03 WIB |
1 Pekan | Rp14.546,5 | Rp14.497,4 |
1 Bulan | Rp14.567,0 | Rp14.538,0 |
2 Bulan | Rp14.612,0 | Rp14.587,0 |
3 Bulan | Rp14.669,0 | Rp14.624,0 |
6 Bulan | Rp14.786,0 | Rp14.752,0 |
9 Bulan | Rp14.906,0 | Rp14.867,0 |
1 Tahun | Rp15.047,0 | Rp14.978,9 |
2 Tahun | Rp15.577,5 | Rp15.499,9 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Lesu, Yield Treasury AS Turun, Rupiah Berjaya!