Balas Dendam! Harga Tembaga Naik Setelah Longsor 10%

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
10 May 2022 15:04
FILE PHOTO: Trucks are parked at the open-pit mine of PT Freeport's Grasberg copper and gold mine complex near Timika, in the eastern region of Papua, Indonesia on September 19, 2015 in this file photo taken by Antara Foto.   REUTERS/Muhammad Adimaja/Antara FotoATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. IT IS DISTRIBUTED, EXACTLY AS RECEIVED BY REUTERS, AS A SERVICE TO CLIENTS. FOR EDITORIAL USE ONLY. NOT FOR SALE FOR MARKETING OR ADVERTISING CAMPAIGNS MANDATORY CREDIT. INDONESIA OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN INDONESIA./File Photo
Foto: Truk diparkir di tambang terbuka kompleks tambang tembaga dan emas Grasberg PT Freeport dekat Timika, di wilayah timur Papua, Indonesia (19/9/2015). (REUTERS/Muhammad Adimaja/Antara Foto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para investor mulai kembali membeli tembaga, tercermin dari harga yang menguat pada perdagangan siang hari ini. Tampaknya harga murah jadi daya tarik bagi tembaga.

Pada Selasa (10/5/2022) pukul 12.40 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.387/ton, naik 1,27% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.

Harga tembaga telah jatuh 10% dalam dua pekan terakhir. Tingginya mata uang dolar Amerika Serikat jadi penyebab. Saat dolar tinggi, harga tembaga menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Akibatnya tembaga jadi kurang menarik.

Investor pun memanfaatkan momentum saat ini untuk membeli tembaga. Terlebih lagi dolar AS mulai terkoreksi sehingga beli tembaga menjadi lebih murah.

"Kami melihat beberapa perburuan murah dan dolar yang lemah membantu harga hari ini setelah aksi jual besar-besaran dalam komoditas," kata seorang analis komoditas di pialang Anand Rathi Shares yang berbasis di Mumbai.

Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terpantau melemah 0,14% pada siang hari ini. Membuat logam yang dihargai dengan greenback lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Meski demikian, masih ada kekhawatiran akan merebaknya virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) di China yang bisa mengaburkan permintaan dari konsumen utama tembaga tersebut.

"Untuk logam dasar, kekhawatiran perlambatan permintaan China di tengah kebangkitan COVID-19 telah merusak sentimen. Namun, permintaan kemungkinan akan membaik setelah China keluar dari penguncian."

Asal tahu saja, China adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia dengan mengonsumsi 54% dari total volume konsumsi tembaga dunia, melansir data Statista. Sehingga permintaan dari China mampu mempengaruhi laju harga tembaga dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Khawatir Omicron, Harga Tembaga Drop 2% dalam Seminggu!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular