Sentimen Pasar Pekan Depan

Lebaran Usai, Tak Ada Waktu Leha-leha! Kerja, Kerja, Kerja...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 May 2022 17:30
Kesibukan aktivitas pembeli dan pedagang di Pasar Tradisional Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu, 2/4. Jelang memasuki Ramadhan pada esok hari harga sayuran mengalami kenaikan. (Cnbc Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Kesibukan aktivitas pembeli dan pedagang di Pasar Tradisional Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu, 2/4. Jelang memasuki Ramadhan pada esok hari harga sayuran mengalami kenaikan. (Cnbc Indonesia/Muhammad Sabki)

Selain itu, investor juga langsung dihadapkan pada dua rilis data utama. Besok, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan dua data utama sekaligus, yakni inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi April 2022 bisa mencapai 0,85% secara bulanan (month-to-month/mtm). Jika terwujud, maka akan menjadi rekor tertinggi sejak Januari 2017.

Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi April 2022 diperkirakan 3,4%. Ini akan menjadi yang tertinggi sejak April 2018.

Saat inflasi semakin tinggi, maka alasan bagi Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga rendah akan semakin lemah. Kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate bukan lagi soal apakah akan naik atau tidak, tetapi kapan dan seberapa cepat.

Selain itu, BI tentu tidak ingin 'ketinggalan kereta' saat bank sentral lain di berbagai negara menaikkan suku bunga. Kalau suku bunga acuan Indonesia bertahan rendah, maka pasar finansial Tanah Air menjadi kurang menarik karena tidak memberikan imbalan yang kompetitif.

"BI tentu memperhatikan siklus pengetatan moneter The Fed, yang mungkin makin cepat pada kuartal ini," sebut riset DBS.

Halaman Selanjutnya --> Ekonomi Indonesia Makin Moncer

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular