Ekonomi China Jeblok, Harga Minyak Anjlok!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 May 2022 09:15
HEALTH-CORONAVIRUS/CHINA
Foto: REUTERS/ALY SONG

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia turun cukup tajam pada perdagangan hari ini. Apa penyebabnya?

Pada Selasa (3/5/2022) pukul 07:00 WIB, harga minyak jenis Brent tercatat US$ 107,58/barel. Anjlok 1,61% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sepertinya harga si emas hitam merespons perkembangan ekonomi dunia. JPMorgan melaporkan aktivitas manufaktur global mengalami perlambatan.

Pada April 2022, aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) global berada di 52,2. Turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 52,9 sekaligus jadi yang terendah sejak Agustus 2020.

"Penurunan PMI manufaktur dunia jadi yang pertama sejak Juni 2020. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh kontraksi di China akibat pembatasan untuk menekan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19)," sebut keterangan tertulis JPMorgan.

Sub-indeks produksi industri pada April 2022 tercatat 48,5. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50, maka artinya dunia usaha sedang berada di fase kontraksi, bukan ekspansi.

"Kalau mengecualikan China, maka sub-indeks produksi manufaktur ada di 53,2. Naik dibandingkan dengan Maret 2022 yang sebesar 53,1," lanjut keterangan JPMorgan.

pmiSumber: JPMorgan

Halaman Selanjutnya --> Shanghai Masih Lockdown, Beijing Menyusul?

Ya, pembatasan sosial (social distancing) di China memang masih sangat ketat. Saat negara-negara lain longgar, bahkan di Indonesia sudah boleh merayakan Idulfitri dengan relatif bebas, rakyat Negeri Panda masih saja terjebak dengan karantina wilayah alias lockdown.

Di Shanghai, pusat bisnis dan keuangan China, lockdown sudah berlangsung selama lebih dari sebulan. Kemarin, otoritas kesehatan China menemukan 58 kasus positif Covid-19 di wilayah Shanghai.

Sebagaimana diketahui, pemerintahan Presiden Xi Jinping tidak memberikan toleransi terhadap Covid-19. Satu saja kasus positif bisa berujung lockdown, tanpa ampun. Kalau satu kasus saja direspons begitu tegas, apalagi 58 ya...

Kini ada kekhawatiran Covid-19 bakal 'bergentayangan' di ibu kota Beijing. Chaoyang, distrik hiburan dan lokasi kedutaan besar berbagai negara, akan melakukan tes massal pada 3-5 Mei untuk mengetahui kadar keparahan penyebaran Covid-19. Jika hasilnya buruk, maka siap-siap bakal 'digembok'.

Perkembangan ini membuat prospek ekonomi China menjadi samar-samar. Padahal China adalah importir minyak nomor satu di kolong langit. Jadi kalau permintaan di China turun gara-gara lockdown, jangan heran harga minyak bakal jeblok.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular