Harga Minyak Turun Lagi, Gara-gara Xi Jinping Nih...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 April 2022 07:27
Upacara 100 Tahun Partaoi Komunis Tiongkok
Foto: Orang-orang berjalan melewati layar video besar di luar pusat perbelanjaan yang memperlihatkan Presiden China Xi Jinping berbicara dalam sebuah acara untuk memperingati 100 tahun Partai Komunis China di Lapangan Tiananmen di Beijing, Kamis, 1 Juli 2021. (AP/Andy Wong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia turun lagi pada perdagangan pagi hari ini. Padahal kemarin harga si emas hitam sempat naik.

Pada Rabu (6/4/2022) pukul 07:05 WIB, harga minyak jenis brent tercatat US$ 106,64/barel. Turun 0,83% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 101,96/barel. Anjlok 1,28%.

Kemarin, harga minyak ditutup di zona hijau. Harga brent naik 3,01% ke US$ 107,53/barel.

Namun kenaikan harga minyak belum bisa menjadi tren, karena tidak bertahan lama. Hari ini, koreksi harga minyak terjadi akibat perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di China yang kian mengkhawatirkan.

Pemerintah China memutuskan untuk memperpanjang karantina wilayah alias lockdown di Shanghai. Seluruh kota 'digembok', yang artinya 26 juta penduduk Shanghai terpaksa harus #dirumahaja.

Lockdown ditempuh setelah hasil tes terbaru menunjukkan pasien tanpa gejala meningkat ke lebih dari 13.000 orang, kemarin. Sedangkan pasien bergejala turun dari 425 menjadi 268 orang.

"Upaya pengendalian dan pencegahan penyakit di Shanghai memasuki tahap yang sangat sulit dan serius. Kita harus menerapkan kebijakan tanpa keraguan, tanpa pelonggaran," tegas Wu Qianyu, pejabat di dinas kesehatan setempat dalam jumpa pers, seperti diberitakan Reuters.

Tidak main-main, China sangat tegas dalam aturan lockdown. Bahkan anak-anak sampai harus dipisahkan dari orang tua untuk menekan risiko penularan.

Pemerintahan Presiden Xi Jinping di China memang terkenal tanpa ampun terhadap penyebaran virus corona. Begitu ada kluster penularan, hanya ada satu opsi kebijakan. Lockdown.

Ini baru satu kota. Kalau virus corona semakin menyebar luas, maka penerapan lockdown juga akan terjadi di wilayah-wilayah lain.

Masalahnya, China adalah salah satu konsumen minyak terbesar dunia. Bahkan China merupakan importir minyak nomor satu di kolong langit.

Menurut analsis ANZ, Shanghai menyumbang sekitar 4% dari total konsumsi minyak di Negeri Tirai Bambu. Sementara Rystad Energy memperkirakan konsumsi minyak di China bisa berkurang 200.000 barel/hari gara-gara lockdown. So, dibayangi oleh penurunan konsumsi maka wajar harga minyak terkoreksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular