Aktivitas Pabrik China Lesu, Harga Tembaga Layu

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 02/05/2022 14:50 WIB
Foto: Ilustrasi batu tembaga. (Dok: Detikcom/Dikhy Sasra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur China turun, masuk ke level kontraksi karena menerapkan karantina wilayah (lockdown). Hal ini menjadi sentimen negatif bagi pasar tembaga dunia karena ancaman seret permintaan dari negara konsumen logam terbesar dunia tersebut.

Pada Senin (5/2/2022) pukul 14.00 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 9.714/ton, melemah 0,52% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.


China menerapkan kebijakan nol Covid-19, begitu kasus mulai menanjak, maka lockdown langsung diterapkan. Alhasil, aktivitas manufaktur pun kontraksinya makin dalam, terlihat dari purchasing managers' index(PMI) bulan April yang turun menjadi 47,4 dari sebelumnya 49,5. PMI yang dirilis Caixin juga menunjukkan penurunan menjadi 46 dari sebelumnya 48,1.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Dengan demikian, sektor manufaktur China sudah mengalami kontraksi dua bulan beruntun.

"Virus corona Omicron dan kebijakan non-Covid-19 pemerintah China menjadi penyebab utama merosotnya aktivitas manufaktur China di bulan April. Produksi industri menjadi terhenti, gangguan supply kembali terjadi," kata Rodrigo Cartril, analis National Australia Bank (NAB) dalam, sebuah catatan yang dikutip CNBC International.

"Realistis jika melihat pelambatan ekonomi China yang tajam akan terjadi di kuartal II-2022, dan jika melihat sejarah maka perekonomian global juga akan menyusul," tambahnya.

Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari perlambatan ekonomi. Sebab tembaga dipakai digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi