Sepanjang Bulan April 2022, Rupiah Ngegas di Benua Biru!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
29 April 2022 14:55
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sepanjang bulan April 2022 berhasil berjaya terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss. Penguatan Mata Uang Garuda terbilang cukup signifikan. Apa pemicunya?

Melansir Refinitiv, sepanjang bulan April 2022, euro terkoreksi terhadap rupiah sebanyak 4,77% ke Rp 15.243/EUR. Hal serupa terjadi pada poundsterling yang melemah 3,89% terhadap rupiah ke Rp 18.136/GBP dan dolar franc swiss terdepresiasi 4,02% ke Rp 14.940/CHF.

Keperkasaan rupiah di Benua biru terjadi ketika mata uang euro, poundsterling, dan dolar franc swiss sedang melemah di pasar spot.

Sepanjang bulan April, poundsterling telah anjlok 5,5% terhadap dolar AS dan menjadi kinerja terburuk secara bulanan sejak Oktober 2016. Sementara euro terkoreksi tajam sebanyak 5% dan lebih dari 7% sejak perang Rusia-Ukraina dimulai pada 24 Februari lalu.

Sementara itu, rupiah terhadap si greenback di sepanjang ini, hanya terkoreksi tipis sebanyak 0,88%. Bahkan, rupiah berhasil menjadi juara ketiga di Asia, karena performa rupiah yang cukup apik ketimbang mata uang di Asia lainnya.

Fundamentalnya, sentimen negatif masih menghantui wilayah Eropa, sehingga ikut menekan performa mata uangnya. Baru-baru ini, Rusia memutuskan untuk menyetop pasokan gasnya ke Bulgaria dan Polandia karena kedua negara tersebut menolak membayar transaksi dengan rubel.

Hal ini mulai memicu kekhawatiran di wilayah Benua Biru bahwa Rusia mungkin saja memutus aliran gasnya ke semua negara. Pasalnya, Eropa mendapatkan 40% pasokan gasnya dari Rusia. Tahun lalu Moskow mengirim sekitar 155 miliar meter kubik (bcm) ke wilayah itu.

Beberapa ekonom telah memperingatkan bahwa akan timbul resesi yang cukup tajam bila hal ini dilakukan. Mereka menyebut negara yang akan sangat terdampak oleh hal ini adalah Jerman, yang notabennya ekonomi terbesar di Benua Biru.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan awal bulan ini bahwa kawasan euro akan tumbuh 2,8% di 2022. Ini 1 poin persentase lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang dibuat sebelum Rusia menginvasi Ukraina.

"Itu benar-benar karena sebagian besar industri bergantung pada gas sebagai komoditas dasar untuk membuat produk mereka ... jadi itulah yang dapat menyebabkan efek turunan, khususnya dalam ekonomi Eropa." Tutur Direktur Utama UBS Ralph Hamers dikutip dari Reuters.

Ketika berbicara mengenai ekonomi Inggris, pepatah mengatakan "Sudah jatuh, tertimpa tangga" tampaknya cocok untuk menggambarkan situasi ekonomi Inggris pada saat ini.

Ekonomi Inggris yang belum sepenuhnya pulih dari pandemi Covid-19, kemudian harus terdampak oleh perang antara Rusia-Ukraina yang mendorong angka inflasi semakin meninggi. Tidak hanya itu, IMF pun memangkas perkiraanya untuk PDB Inggris di tahun ini dari 4,7% menjadi 3,7% saja.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Rupiah Berjaya Dua Hari Beruntun di Eropa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular