Ambrol! Dolar Australia Lebih Murah Ketimbang Dolar Singapura

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 26/04/2022 13:35 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Semenjak nyaris mencapai Rp 11.000/AU$ pada 5 April lalu, kurs dolar Australia malah terus merosot. Kini mata uang Negeri Kanguru ini kembali lebih murah dibandingkan dolar Singapura.

Pada perdagangan Selasa (26/4/2022) pukul 11:21 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.393/AU$, naik 0,18% di pasar spot melansir data Refinitiv. Kemarin bahkan sempat jeblok ke bawah Rp 10.300/AU$.

Sementara itu dolar Singapura siang ini berada di kisaran Rp 10.498/SG$.


Terus merosotnya dolar Australia terbilang cukup unik, Sebab bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) membuka peluang menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, sementara Bank Indonesia (BI) tetap dengan sikap dovish-nya.

Dalam pengumuman kebijakan moneter Selasa 5 April lalu, RBA di bawah pimpinan Philip Lowe masih mempertahankan suku bunga acuannya di rekor terendah 0,1%. Tetapi sikap RBA sudah mulai berubah, Lowe tidak lagi menggunakan kata "sabar".

"Dalam beberapa bulan ke depan, bukti tambahan penting akan tersedia bagi dewan gubernur naik itu inflasi dan perubahan biaya tenaga kerja. Dewan gubernur akan menilai bukti-bukti tersebut dan informasi lainnya untuk menetapkan kebijakan moneter," kata Lowe sebagaimana dilansir Reuters.

Sebelumnya di awal tahun ini RBA menyatakan akan bersabar untuk menaikkan suku bunga dan membiarkan inflasi stabil dalam target 2% - 3%.

Inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.

Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014.

Selain inflasi yang sudah mencapai target, pasar tenaga kerja juga terus menunjukkan perbaikan. Tingkat pengangguran di bulan Februari dilaporkan turun menjadi 4%, yang merupakan level terendah dalam lebih dari 13 tahun terakhir.

Para analis pun melihat RBA akan agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini. Beberapa bank besar masih mempertahankan proyeksi kenaikan suku bunga pertama akan dilakukan di bulan Juni, dan akan menjadi kenaikan suku bunga pertama dalam 10 tahun terakhir.

Sementara Gubernur BI Perry Warjiyo sekali lagi menegaskan akan bersabar untuk menaikkan suku bunga. Ia sekali lagi menegaskan kebijakan moneter tidak merespon administered prices atau harga yang ditentukan pemerintah. Hal ini terkait dengan kenaikan beberapa harga, seperti Pertamax yang ditentukan pemerintah.

Yang direspon oleh BI adalah dampak second round yang terlihat dari inflasi inti. BI juga menyatakan terus berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan.

"Esensinya sabar, menunggu koordinasi lebih lanjut, pada waktunya kami akan menjelaskan, komitmen kami menjaga stabilitas, mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor