
BCA Fokus Garap Penyaluran Kredit di Sektor Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yakin pertumbuhan kredit perusahaan sepanjang 2022 akan terjaga di tren positif. Keyakinan ini muncul setelah melihat perkembangan pandemi Covid-19 dan mulai menggeliatnya perekonomian nasional kini.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pertumbuhan kredit BCA per kuartal I/2022 mencapai 8,6% secara tahunan (YoY). Kenaikan ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit tahunan BCA per akhir 2021 lalu yang ada di level 8,2% YoY.
"Ini tren kenaikan meski dibandingkan year-to-date belum semuanya meningkat pesat. Tetapi kalau dilihat dari korporasi sudah positif, konsumer kelihatan meningkat meski acara expo BCA biasanya meningkat pesat, tetapi booking-nya itu baru di kuartal II atau kuartal III. Jadi full impact baru kelihatan nanti hasil dari BCA Expoversary," kata Jahja dalam konferensi pers, Kamis (21/4/2022).
Menurut Jahja, ada beberapa sektor bisnis yang berpotensi tumbuh lebih pesat ke depannya dan berdampak pada penyaluran kredit perusahaan. Sektor-sektor yang dimaksud adalah industri perkebunan, CPO, dan pertambangan.
Selain itu, BCA berharap pemerintah mulai memperhatikan industri infrastruktur dan meningkatkan proyek sehingga membantu pemulihan ekonomi akibat pandemi.
"Produk makanan juga bagus sekali tapi harus diperhatikan adanya peningkatan harga raw material karena scarcity dunia meningkat dan peningkatan biaya logistik. Mau tak mau harga pembelian impor akan meningkat," katanya.
Meski yakin kondisi akan terus membaik, Jahja berkata ada banyak pelaku usaha yang kini kondisinya terjepit antara fakta naiknya harga bahan baku dagangannya, dan masih lemahnya kenaikan daya beli masyarakat di Indonesia.
"Ini merupakan tekanan besar bagi industri kalau bahan baku gunakan raw material yang harganya meningkat. Apakah mereka bisa naikkan harga jualnya dan market bisa meng-absorb kenaikan harga itu? Bagaimana kompetitor? Jadi ini dilema yang harus dihadapi banyak perusahaan yang ter-sandwich dengan daya beli yang belum terlampau besar, sedangkan harga meningkat tak bisa dielakkan," tuturnya.
Pada saat yang sama, Direktur BCA Rudy Susanto mengatakan pertumbuhan kredit BCA kini terjadi di hampir semua segmen bisnis.
"Ada beberapa segmen yang khusus karena kenaikan harga jadi otomatis mereka butuh modal kerja tinggi. Seperti minyak goreng, mereka butuh tambahan modal tinggi. Juga yang terkait CPO, pertambangan. Cuma karena perang ini efeknya ngga tahu seberapa besar makanya revisi target kredit belum dilakukan," ujarnya.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Bersih BCA Naik 15,8% Jadi Rp 31,4 T Pada 2021