Masih On Fire! Harga Batu Bara Naik Hampir 3%

Market - Maesaroh, CNBC Indonesia
21 April 2022 07:05
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo) Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara belum juga turun dari jalur pendakian. Pada perdagangan Rabu (20/4), harga batu bara kontrak Mei ditutup pada level US$ 345,6 per ton. Menguat 2,86% dibandingkan hari sebelumnya.

Kenaikan harga batu bara pada pada Rabu kemarin juga memperpanjang catatan positif yakni bertahannya harga batu bara di atas US$ 300 yang sudah berlangsung sejak 12 April 2022.

Secara keseluruhan, harga batu bara sudah melonjak 7,21% point to point dalam sepekan. Dalam sebulan, harga batu bara juga melesat 56,6% dan melambung 292,1% dalam setahun.

Masih tingginya harga batu bara didorong ketatnya pasokan. Keputusan Uni Eropa dan Jepang yang melarang impor batu bara dari Rusia membuat persaingan untuk mendapatkan pasokan meningkat.

Tanpa larangan impor pun, pasokan batu bara sebelumnya sudah ketat karena sejumlah produsen utama seperti Indonesia, Australia, dan Afrika Selatan mengalami persoalan produksi karena cuaca dan logistik.

Merujuk Mining.com, Whitehaven Coal Ltd, salah satu perusahaan terbesar batu bara Australia, memperkirakan harga batu bara mash akan tetap tinggi sepanjang tahun ini dan tahun 2023 karena persoalan pasokan.

Konsumen batu bara utama seperti Korea Selatan dan Jepang kesulitan mencari alternatif pemasok batu bara. Kondisi ini membuat pasar batu bara dalam tekanan. 

"Persoalan tenaga kerja, Covid-19 dan cuaca telah mengganggu operasi tambang batu bara dan aktivitas di pelabuhan," tutur Whitehaven Coal, dalam Quarterly Report mereka.

Merujuk Data Badan Energi Internasional (IEA), pada tahun 2020, perdagangan global batu bara thermal mencapai 978 juta ton. Indonesia adalah eksportir terbesar untuk thermal batu bara dengan kontribusi hingga 40%. Australia ada di posisi kedua dengan porsi 20%, disusul kemudian dengan Rusia ( 18%), Afrika Selatan (8%), Kolombia (5%), dan Amerika Serikat (2,5%).

"Kita jelas tidak mungkin mengabaikan dampak dari hilangnya pasokan 110 juta ton. Hilangnya pasokan memuat tekanan ke pasar batu bara makin besar. Padahal, sebelumnya pasokan juga sangat sangat sangat ketat," tutur CEO Whitehaven Paul Flynn, seperti dikutip dari Mining.com.

Mahalnya harga batu bara membuat beberapa negara seperti China dan India tetap mengimpor emas hitam dari Rusia di tengah banyaknya negara yang melarang impor dari Negara Beruang Merah.

Impor batu bara India dari Rusia mencapai 1,08 juta ton di Maret 2022, lebih dari dua kali lipat dibandingkan yang tercatat di Februari.  China mengimpor batu bara metalurgi dari Rusia sebanyak 1,4 juta ton di Maret, melonjak drastis dibandingkan yang tercatat di Februari 2022 (1,1 juta ton) atau Maret 2021 ( 550.000 ton).

Produksi batu bara China memang meningkat 14,8% (year on year/YoY) di Maret menjadi 395,79 juta ton. Mereka juga menargetkan produksi batu bara sebesar 12 juta per hari.
Namun, batu bara produksi China berkualitas redah tidak cocok untuk pengolahan baja. Negara Tirai Bambu pun masih menggantungkan pasokan impor untuk batu bara metalurgi mereka.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Harga Komoditas Ini Terbang 9,26%, Indonesia Makin Kaya Nih!


(mae/mae)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading