
Joss! Awal Pekan Ceria, Rupiah Ngegas di Eropa!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berjaya terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan Senin (18/4/2022). Wajar saja, sentimen negatif masih membayangi zona Eropa dan Inggris.
Melansir Refinitiv, pukul 11:15 WIB, euro melemah terhadap rupiah sebanyak 0,25% di Rp 15.499,80/EUR dan poundsterling terkoreksi terhadap rupiah 0,15% di Rp 18.700,26/GBP.
Hal yang serupa terjadi pada dolar franc swiss, yang melemah terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,04% ke Rp 15.204,96/CHF.
Pada Jumat (15/4), jajak pendapat analis bank sentral Eropa (ECB) menunjukkan bahwa zona Eropa akan menghadapi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan potensi inflasi yang lebih tinggi karena perang antara Rusia dan Ukraina mendorong harga barang dan jasa melonjak, serta mengganggu perdagangan dan menekan kepercayaan pasar.
Survey of Professional Forecasters (SPF) ECB memproyeksikan inflasi akan bertahan pada kisaran 6% di tahun ini dan akan tetap berada di atas target ECB di 2% dalam jangka panjang.
Pertumbuhan terlihat melambat menjadi 2,9% tahun ini dari 4,2% pada proyeksi sebelumnya dan ECB mengatakan mayoritas responden merevisi proyeksi mereka, karena perang Rusia-Ukraina belum juga menemui titik 'damai'.
Analis ECB juga menambahkan bahwa selain harga komoditas energi dan pangan yang lebih tinggi, gangguan di beberapa sektor dan sanksi yang dijatuhkan, telah mengakibatkan jatuhnya kepercayaan bisnis dan konsumen serta hilangnya daya beli rumah tangga.
Investor zona Eropa akan disibukkan dengan rilis data neraca perdagangan yang akan dirilis pada hari Rabu (20/4) waktu Indonesia. Disusul oleh rilis data inflasi Maret pada Kamis (21/4).
Di Inggris, Chartered Management Institute (CMI) mengatakan banyak perusahaan di Inggris waspada menawarkan kenaikan gaji ketika biaya lain melonjak dan beberapa khawatir bahwa permintaan konsumen akan segera goyah.
Survei CMI menunjukkan bahwa upah di sektor swasta rata-rata naik 3,2%, tapi upah di sektor publik rata-rata hanya 2,4% lebih tinggi.
Kenaikan gaji yang lebih besar akan membantu meringankan tekanan biaya hidup yang dirasakan oleh sebagian besar pekerja Inggris. Namun, Bank of England (BOE) khawatir bahwa kenaikan gaji yang besar dapat mempersulit untuk mengembalikan inflasi ke target.
Inflasi harga konsumen mencapai titik tertinggi 30 tahun sebesar 7,0% pada bulan Maret, dan beberapa analis memprediksikan adanya potensi mencapai dua digit di akhir tahun ini.
Survei BoE terhadap pengusaha menunjukkan upah pekerja naik hampir 5% tahun ini, jauh lebih tinggi dari tren biasanya.
Penguatan Mata Uang Garuda tampaknya didorong oleh rilis data ekonomi hari ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia senilai US$ 26,5 miliar atau tumbuh 29,42% secara bulanan dan melesat 44,36% secara tahunan.
Sementara itu, impor Indonesia tumbuh tinggi pada Maret 2022. Namun secara nominal, nilai impor masih lebih sedikit ketimbang ekspor sehingga neraca perdagangan Indonesia tetap surplus.
Nilai impor Indonesia di Maret adalah US$ 21,97 miliar. Tumbuh 32,02% dibandingkan Februari 2022 (month-to-month/mtm) dan 30,85% dibandingkan Maret 2021 (year-on-year/yoy).
Dengan begitu, neraca perdagangan Indonesia berhasil membukukan surplus US$ 4,53 miliar.
Margo Yuwono, Kepala BPS, menyebut ada sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga mendorong kinerja ekspor. Di antaranya adalah minyak mentah, batu bara, nikel, aluminium, emas, tembaga, dan minyak kelapa sawit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Rupiah Berjaya Dua Hari Beruntun di Eropa