Stok Tembaga Dunia Makin Menipis, RI Untung atau Buntung?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
14 April 2022 19:07
Ilustrasi batu tembaga. (Dok: Detikcom/Dikhy Sasra)
Foto: Ilustrasi batu tembaga. (Dok: Detikcom/Dikhy Sasra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasokan tembaga dunia diramal akan terus menipis dalam jangka menengah. Goldman Sachs menganggap tembaga bisa "berjalan menuju kehabisan persediaan tembaga".

Persediaan logam industri terpenting di dunia telah turun ke tingkat sangat rendah karena harga listrik yang meroket. Konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina jadi faktor utama. Jika terus berlanjut, produksi peleburan logam terancam macet di tengah permintaan yang meningkat karena ekonomi berangsur pulih.

Per 13 April, persediaan tembaga yang dipantau oleh bursa logam London (LME) tercatat 107.000 ton. Jika dibandingkan dengan bulan Agustus (puncak persediaan 2021) maka persediaan tembaga sudah turun 59% point-to-point (ptp).

Bank investasi Goldman Sachs memperkirakan pasokan tembaga olahan akan mengalami defisit sebesar 375.000 ton tahun ini, dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya.

Penyebabnya adalah lonjakan harga gas dan listrik berada di balik penarikan di gudang-gudang penyimpanan tembaga dunia. Para produsen logam menempuh jalan pintas dengan menarik cadangan persediaan logam di gudang.

Sedangkan logam yang masuk ke gudang sangat minim. Akibatnya persediaan pun terus turun.

"Kami percaya investor tetap puas dengan risiko pasokan tembaga Rusia, karena mereka tidak segera atau setajam (naik) yang terlihat di pasar biji-bijian atau energi, atau bahkan aluminium," tulis analis Goldman Sachs Nick Snowdon dalam sebuah laporan.

Akibatnya harga tembaga dunia bertengger di level yang tinggi, di atas US$ 10.300/ton.

Bagi Indonesia, tingginya harga tembaga dunia berdampak positif karena mampu meraup pundi-pundi dari ekspor. Pada tahun lalu, nilai ekspor tembaga mencapai US$ 2,4 miliar atau setara Rp 34,9 triliun (kurs = Rp 14.300/US$), naik 61,01%. Saat itu, harga tembaga dunia meningkat 23,63%.

Namun, produksi peleburan tembaga dunia yang terhambat berpotensi mengganggu ekspor bijih tembaga dunia. Sebab, bijih tembaga digunakan sebagai bahan utama peleburan.

Ekspor bijih tembaga berperan 2,46% terhadap total ekspor Indonesia. Pada tahun 2021, nilai ekspor bijih tembaga mencapai US$ 5,4 miliar, setara dengan Rp 77,02 triliun.

Bijih tembaga Indonesia paling banyak dikirim ke Jepang. Sepanjang 2021, Indonesia mengirim 628 juta ton ke Jepang dengan nilai US$ 1,54 miliar. Sementara di posisi kedua ada China dengan volume ekspor sebesar 432 juta dan nilai ekspor US$ 963 juta.

Tembaga adalah "the new oil" karena digunakan untuk berbagai macam keperluan umat manusia. Tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, properti, infrastruktur, transportasi, dan industri.

Jika pasokan tembaga macet, maka sektor tersebut bisa mengalami peningkatan biaya yang menekan produksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Investor, Harga Tembaga Minggu Ini Suram...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular