
Gokil! Ada Saham yang Valuasinya Sampai Ribuan Kali

Belakangan, pada 11 Januari 2022, PT Multi Artha Pratama diketahui telah menyelesaikan proses tender wajib atas saham PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI).
Namun, tidak ada satu pun pemegang saham publik PANI yang menjual sahamnya, atau berpartisipasi dalam penawaran tender wajib tersebut.
Hal itu terungkap dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Selasa (11/1/2022). Penawaran tender wajib telah digelar sejak 1 Desember 2021 hingga 30 Desember 2021, dan tanggal penyelesaian pada 7 Januari 2022.
Kabar teranyar, PANI berencana melakukan penambahan modal via rights issue. Adapun, perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 13.120.000.000 lembar saham yang nominalnya Rp 100 per saham.
Adapun target rights issue berlangsung dan selesai sampai dengan kuartal III 2022. "Sampai saat ini Perseroan masih sedang dalam proses diskusi internal untuk penunjukan standby buyer," jelas perusahaan dalam sesi tanya jawab dalam paparan publik (public expose) insidentil 7 Maret 2022.
Dengan masuknya Agung Sedayu, manajemen PANI menjelaskan, perusahaan akan berfokus ke bisnis properti.
"Setelah akuisisi, potensi kontribusi sektor properti terhadap total pendapatan PANI yaitu sebesar 100% lebih dari pendapatan saat ini," kata manajemen menanggapi salah satu pertanyaan peserta dalam public expose yang sama.
Selain itu, manajemen memproyeksikan, target pendapatan PANI di tahun 2022 yaitu mencapai Rp 260 miliar.
Saham PANI di atas adalah sepenggal kisah yang biasa terjadi dengan valuasi suatu saham yang meroket to the moon. Singkatnya, investor mengapresiasi story PANI yang bergabung dengan raksasa properti RI dan, barangkali, juga mengharapkan pertumbuhan laba di masa depan yang signifikan.
Kisah saham TECH dan Euforia Saham Teknologi
Kisah yang mirip kita bisa sematkan ke saham-saham lain yang ada di daftar di atas, termasuk saham TECH, sebuah lengan teknologi dari IndoSterling Group. IndoSterling Group sendiri adalah grup yang berfokus di sektor keuangan dan pasar modal, teknologi digital, dan ragam produk konsumen.
Nilai PER saham TECH yang tinggi (1.136,23 kali) bisa diasalusulkan pada euforia saham teknologi pada awal 2021 dan medio 2021. Pada pertengahan tahun lalu, saham-saham teknologi banyak diborong investor seiring tersengat dua sentimen utama.
Pertama, terkait siap melantainya raksasa teknologi Indonesia seperti Bukalapak, Tiket.com, serta GoTo grup yang waktu itu baru merampungkan peleburan antara Gojek dan Tokopedia.
Kedua, soal kabar bos Grup Indofood Anthoni Salim yang menambah kepemilikan di saham emiten data center besutan pengusaha Toto Sugiri PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Saham DCII sendiri menjadi jawara pada 2021 dengan meroket hingga 8.800-an persen.
Dalam kasus saham TECH, saham ini bahkan sempat menembus harga Rp 9.000/unit pada penutupan pasar 24 Agustus 2021 seiring sering menembus batas ARA.
Singkat kata, dua saham di atas adalah sedikit contoh dari deretan saham yang 'dihargai' sangat tinggi oleh investor yang berharap masa depan yang cerah.
Pada akhirnya, pertumbuhan kinerja keuangan suatu emiten-lah yang bakal menentukan apakah apresiasi investor saat ini bakal menghasilkan buah yang matang di masa depan atau malah kegagalan.
Meminjam istilah investor kawakan RI Lo Kheng Hong (LKH), jangan sampai saham yang dibeli ternyata hanya sebuah bajaj yang dijual seharga Mercy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf)[Gambas:Video CNBC]