Analisis

Gokil! Ada Saham yang Valuasinya Sampai Ribuan Kali

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
14 April 2022 09:05
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para investor, terutama yang 'berkhidmat' di jalan value investing, biasanya berusaha mencari saham suatu perusahaan yang diproyeksikan bakal moncer ke depan, tetapi dengan valuasi yang masih murah saat ini alias undervalued.

Di sisi lain, ada deretan saham emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki valuasi yang sudah setinggi langit (overvalued). Lazimnya, ini karena euforia investor memborong saham tersebut yang membuat harga sahamnya meroket ke angkasa, kendati tidak dibarengi oleh peningkatan kinerja laba yang signifikan pula.

Tentu, ada banyak alasan di balik aksi jor-joran investor 'menggadaikan masa depan' demi keuntungan atawa capital gain saat ini yang pada gilirannya membuat valuasi harga suatu saham 'to the moon'.

Sebut saja, misalnya, karena ada story atau narasi indah terkait perusahaan tertentu yang bermunculan di suatu waktu tertentu yang membuat para investor terpesona tanpa begitu mengindahkan estimasi nilai intrinsik sahamnya.

Di bawah ini, Tim Riset CNBC Indonesia merangkum secara singkat 5 saham dengan valuasi termahal di semesta bursa saham domestik, terutama dari sisi rasio harga saham dibandingkan dengan laba per sahamnya.

Untuk menilik rasio valuasi Tim Riset CNBC Indonesia memakai dua metode, yakni price-to-earnings ratio (PER) dan price-to-book value (PBV) yang biasa digunakan sebagai analisis fundamental untuk menilai saham suatu emiten.

Secara sederhana, PER merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya.

Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali. Namun, perlu juga dibandingkan dengan rerata PER industri sejenis.

Sementara, PBV adalah metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu emiten dengan harga pasarnya.

Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara rule of thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.

Seperti PER, rasio PBV suatu saham emiten juga perlu dibandingkan dengan rerata PBV industri sejenis.

5 Saham dengan Valuasi Termahal

No

Emiten

Ticker

Harga Saham (Rp)

PER (x)

PBV (x)

1

Pratama Abadi Nusa Industri

PANI

4200

1.271.02

42.29

2

Indosterling Techomedia

TECH

3870

1.191.66

86.49

3

Transcoal Pacific

TCPI

9700

607.21

34.16s

4

Bhakti Multi Arta

BHAT

1005

603.99

9.51

5

Capital Financial Indonesia

CASA

580

353.84

4.70

Sumber: BEI, Refinitiv |Harga saham per 13 April 2022

Apabila menilik data di atas, kelima saham tersebut berasal dari sektor yang beragam, mulai dari consumer non-cyclicals, teknologi, energi, hingga, jasa keuangan.

Investor Melihat Raksasa di Balik PANI

Di posisi pertama, ada saham emiten produsen kaleng kemas PANI dengan nilai PER yang sangat tinggi, yakni 1.246,81 kali. Secara sederhana, ini mengindikasikan bahwa seorang investor rela merogoh kocek Rp 1.247 demi tiap Rp 1 laba per saham perusahaan saat ini.

Selain jauh di atas rule of thumb, dibandingkan PER industri yang sebesar 122,62 kali, PER PANI juga seakan sudah di 'planet lain'.

Sebenarnya, kalau mau ditilik secara historis, alasan PER saham PANI meroket terjadi seiring adanya kabar kabar resmi mayoritas saham PANI atau 80% dicaplok oleh PT Multi Artha Pratama, bagian dari 'raksasa' properti Tanah Air, Agung Sedayu Group pada awal Oktober 2021.

Singkat cerita, setelah sepanjang tahun harga saham PANI berada di kisaran Rp 100 - Rp 300-an/saham, tiba-tiba melonjak mulai 8 Oktober 2021. Saat itu, saham PANI sempat melonjak dan menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 25% sebanyak 6 hari beruntun.

Lonjakan tiba-tiba tersebut membuat pihak bursa melakukan suspensi (penghentian sementara) perdagangan saham PANI.

Kendati sempat mengalami aksi jual besar-besaran seiring investor 'mencairkan cuan' yang mereka dapat, saham PANI masih sanggup mencetak kenaikan harian yang luar biasa setelahnya, termasuk selama 18-25 Februari 2022 (dengan total lonjakan harga 125,6%).

Belakangan, pada 11 Januari 2022, PT Multi Artha Pratama diketahui telah menyelesaikan proses tender wajib atas saham PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI).

Namun, tidak ada satu pun pemegang saham publik PANI yang menjual sahamnya, atau berpartisipasi dalam penawaran tender wajib tersebut.

Hal itu terungkap dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Selasa (11/1/2022). Penawaran tender wajib telah digelar sejak 1 Desember 2021 hingga 30 Desember 2021, dan tanggal penyelesaian pada 7 Januari 2022.

Kabar teranyar, PANI berencana melakukan penambahan modal via rights issue. Adapun, perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 13.120.000.000 lembar saham yang nominalnya Rp 100 per saham.

Adapun target rights issue berlangsung dan selesai sampai dengan kuartal III 2022. "Sampai saat ini Perseroan masih sedang dalam proses diskusi internal untuk penunjukan standby buyer," jelas perusahaan dalam sesi tanya jawab dalam paparan publik (public expose) insidentil 7 Maret 2022.

Dengan masuknya Agung Sedayu, manajemen PANI menjelaskan, perusahaan akan berfokus ke bisnis properti.

"Setelah akuisisi, potensi kontribusi sektor properti terhadap total pendapatan PANI yaitu sebesar 100% lebih dari pendapatan saat ini," kata manajemen menanggapi salah satu pertanyaan peserta dalam public expose yang sama.

Selain itu, manajemen memproyeksikan, target pendapatan PANI di tahun 2022 yaitu mencapai Rp 260 miliar.

Saham PANI di atas adalah sepenggal kisah yang biasa terjadi dengan valuasi suatu saham yang meroket to the moon. Singkatnya, investor mengapresiasi story PANI yang bergabung dengan raksasa properti RI dan, barangkali, juga mengharapkan pertumbuhan laba di masa depan yang signifikan.

Kisah saham TECH dan Euforia Saham Teknologi

Kisah yang mirip kita bisa sematkan ke saham-saham lain yang ada di daftar di atas, termasuk saham TECH, sebuah lengan teknologi dari IndoSterling Group. IndoSterling Group sendiri adalah grup yang berfokus di sektor keuangan dan pasar modal, teknologi digital, dan ragam produk konsumen.

Nilai PER saham TECH yang tinggi (1.136,23 kali) bisa diasalusulkan pada euforia saham teknologi pada awal 2021 dan medio 2021. Pada pertengahan tahun lalu, saham-saham teknologi banyak diborong investor seiring tersengat dua sentimen utama.

Pertama, terkait siap melantainya raksasa teknologi Indonesia seperti Bukalapak, Tiket.com, serta GoTo grup yang waktu itu baru merampungkan peleburan antara Gojek dan Tokopedia.

Kedua, soal kabar bos Grup Indofood Anthoni Salim yang menambah kepemilikan di saham emiten data center besutan pengusaha Toto Sugiri PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Saham DCII sendiri menjadi jawara pada 2021 dengan meroket hingga 8.800-an persen.

Dalam kasus saham TECH, saham ini bahkan sempat menembus harga Rp 9.000/unit pada penutupan pasar 24 Agustus 2021 seiring sering menembus batas ARA.

Singkat kata, dua saham di atas adalah sedikit contoh dari deretan saham yang 'dihargai' sangat tinggi oleh investor yang berharap masa depan yang cerah.

Pada akhirnya, pertumbuhan kinerja keuangan suatu emiten-lah yang bakal menentukan apakah apresiasi investor saat ini bakal menghasilkan buah yang matang di masa depan atau malah kegagalan.

Meminjam istilah investor kawakan RI Lo Kheng Hong (LKH), jangan sampai saham yang dibeli ternyata hanya sebuah bajaj yang dijual seharga Mercy.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular