Harga Pertalite (Katanya) Mau Naik, Ternyata Ini Gara-garanya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 April 2022 07:35
SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/ Muhamaad Sabki)
Foto: SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/ Muhamaad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia menguat cukup tajam pada perdagangan pagi ini. Apa penyebabnya?

Pada Kamis (14/4/2022) pukul 06:45 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 108,78/barel. Melesat 3,96% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan yang jenis light sweet atawa West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 104,25/barel. Melonjak 3,63%.

Harga si emas hitam masih berada dalam tren menanjak. Dalam sepekan terakhir, harga brent dan light sweet membukukan kenaikan masing-masing 7,22% dan 7,87%.

Halaman Selanjutnya --> Perang di Ukraina Kian Membara

Perkembangan konflik di Ukraina menjadi latar belakang kenaikan harga minyak. Perang Rusia vs Ukraina sepertinya masih akan berlangsung cukup lama.

Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda deeskalasi. Malah yang ada semakin panas.

Joseph 'Joe' Biden, Presiden Amerika Serikat (AS), menuding Rusia melakukan genosida di Ukraina. AS dan sekutunya pun berjanji akan lebih banyak mengirimkan bantuan senjata kepada Ukraina. Sistem pertahanan artileri, kendaraan lapis baja, dan helikopter adalah beberapa yang dijanjikan oleh Biden.

Semakin lama hubungan negara-negara Barat dengan Rusia buruk, maka semakin lama pula berbagai sanksi harus ditanggung oleh Negeri Beruang Merah. Salah satu sanksi yang dikenakan AS adalah larangan membeli minyak Rusia. Sesuatu yang mungkin bisa saja diikuti oleh sekutu Negeri Adikuasa.

"Pasar melihat situasi di Ukraina semakin mencekam, semakin penuh risiko. Perdebatan soal bagaimana dampaknya ke depan kian memanas," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group, sebagaimana diwartakan Reuters.

Pasalnya, Rusia adalah salah satu produsen utama minyak dunia. Tanpa minyak dari Rusia, dunia akan sangat kehilangan.

Menurut kajian International Energy Agency (IEA), produksi minyak Rusia bulan ini turun 1,5 juta barel/hari. Ke depan, angkanya bisa bertambah menjadi 3 juta barel/hari.

"Kami memperkirakan penurunan produksi April akan sebesar rata-rata 1,5 juta barel/hari. Produsen minyak Rusia menurunkan aktivitas dan pembeli pun mundur teratur. Mulai Mei dan seterusnya, sekitar 3 juta barel/hari (produksi minyak Rusia) akan hilang karena semakin banyak konsumen yang melakukan embargo terhadap minyak Rusia," sebut laporan bulanan IEA.

So, sudah jelas bahwa pasokan minyak akan seret karena produksi dari Rusia absen di pasar. Jadi sangat wajar harga terus naik.

Halaman Selanjutnya --> Harga Pertalite, Solar, Gas Melon, Mau Naik

Kenaikan harga minyak dunia membuat harga produk-produk turunannya otomatis ikut terungkit. Salah satunya tentu Bahan Bakar Minyak (BBM) dan ini terjadi di seluruh dunia.

Indonesia tidak kebal terhadap hal tersebut. Per 1 April, PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM jenis Pertamax menjadi Rp 12.500-13.000/liter. Ke depan, wacana kenaikan harga Pertalite dan minyak diesel (Solar) pun kian mengemuka.

Bahkan harga gas Elpiji ukuran 3 kg juga sangat mungkin akan naik, mengingat harga 'gas melon' selalu sama sejak 2007. Walau disebut gas, Elpiji adalah produk turunan minyak.

"Strategi menghadapi dampak kenaikan harga minyak dunia, untuk jangka menengah akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak Solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti seperti Bahan Bakar Gas (BBG), bioethanol, bio CNG, dan lainnya," ungkap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/4/2022).

Mengutip kajian Bank Mandiri, kenaikan harga Pertalite hingga 10% bisa menyumbang inflasi sebesar 0,32 poin persentase (ppt). Sementara itu, kenaikan harga Elpiji 3 kg hingga 10% bisa mendongrak inflasi sebesar 0,35 ppt.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular