
Harga Minyak Naik, RI Mampu Ambil Cuan Tingkatkan Produksi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong agar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) melakukan peningkatan produksi. Terlebih harga minyak mentah dunia saat ini telah tembus di atas US$ 100 per barel atau sampai pada Rabu (13/4/2022) pagi, harga minyak jenis Brent tembus US$ 104,59 per barel.
Deputi Operasi SKK Migas, Julius Wiratno mengatakan bahwa upaya untuk mengejar target produksi di tahun ini memang cukup menantang, terlebih dengan produksi saat ini. Namun demikian, kenaikan harga minyak seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan produksi tahun ini.
Apalagi pemerintah telah menunjukkan komitmennya untuk membuat iklim industri hulu migas lebih atraktif dengan berbagai kemudahan perizinan dan insentif.
"Untuk dapat mengambil momentum minyak dunia perlu dilakukan percepatan hulu migas 2022, khususnya pengeboran sumur pengembangan yang dapat berkontribusi langsung pada peningkatan produksi," ujarnya dalam diskusi secara virtual, (Rabu 13/4/2022).
Julius mengatakan bahwa sepanjang 2021, industri hulu migas berhasil membukukan penerimaan negara sebesar US$ 13,67 miliar. Sementara di tahun ini penerimaan negara ditargetkan dapat mencapai US$ 9,9 miliar.
Adapun, target investasi untuk sektor hulu migas 2022 mencapai US$ 13,2 miliar, naik 23,4% dari realisasi investasi migas 2021 yang mencapai US$ 10,7 miliar.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto merinci target investasi US$ 13,2 miliar pada 2022 ini terdiri dari US$ 8,4 miliar untuk aktivitas produksi, lalu untuk kegiatan eksplorasi US$ 1 miliar. Kemudian, investasi untuk sumur pengembangan US$ 2,9 miliar dan sisanya untuk administrasi sekitar US$ 900 juta.
"Di 2022 investasi hulu migas ditargetkan US$ 13,2 miliar, maka butuh effort besar dan harus ada kenaikan kegiatan di eksplorasi dan development, di samping tentu saja production," jelas Dwi dalam konferensi pers, Senin (17/1/2022).
Perlu diketahui, realisasi investasi pada 2021 saja hanya tercapai US$ 10,7 miliar atau hanya terealisasi 86,4% dari yang ditargetkan sebesar US$ 12,38 miliar.
Oleh karena itu, menurut Dwi dibutuhkan sejumlah perbaikan untuk mengejar target investasi pada 2022 guna mendukung target produksi migas pada 2030 mendatang, di mana salah satunya adalah melalui perbaikan fiskal.
"Perbaikan fiskal dan insentif terus dilakukan untuk meningkatkan investasi migas ke depan dan mendukung program 1 juta barel minyak dan 12 BCFD gas di tahun 2030 mendatang," ujarnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Begini Ramalan SKK Migas Soal Harga Minyak, Simak!