
Nasib Hulu Migas! Produksi Anjlok Gak Disinggung Dalam Debat

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) diketahui tidak disinggung sama sekali dalam debat calon wakil presiden (cawapres) yang berlangsung pada, Minggu malam (21/1/2024). Padahal, topik debat malam itu salah satunya mengusung topik tentang sektor energi.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai tidak masuknya sektor migas dalam perdebatan merupakan teknik kampanye yang dilakukan para cawapres. Sebab, apabila mengusung pembenahan di hulu migas, mereka khawatir akan dianggap tidak populis di tengah isu lingkungan dan tren transisi energi.
"Jadi secara kampanye publik, isu migas memang tidak terlalu menonjol. Tapi kita kan tahu di belakang para kandidat ada pengusaha migas dan tambang sebagai pendana kampanye," ujar Bhima kepada CNBC Indonesia, Senin (22/1/2024).
Oleh sebab itu, bisa jadi isu hulu migas tidak dimunculkan dalam waktu debat, namun secara kebijakan akan tetap mendapat dukungan. Terlebih komitmen transisi energi yang disampaikan masih terlihat maju mundur.
"Siapapun yang terpilih melihat komitmen transisi energi yang masih maju mundur, kemungkinan masih mengejar eksplorasi dan eksploitasi migas. Buktinya dalam visi misi Prabowo-Gibran juga disebutkan pengelolaan migas sesuai konstitusi UUD 1945, artinya migas tetap jadi fokus," kata dia.
Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menyebut tak mengherankan apabila isu hulu migas tidak disinggung sama sekali dalam debat. Terlebih, isu utama terkait sektor energi yang fundamental dan menjadi kunci pada berjalannya transisi energi, pembangunan berkelanjutan ataupun ekonomi hijau saja tidak disinggung sama sekali.
"Misal tidak optimalnya subsidi energi. Yang muncul justru sekedar istilah-istilah yang seolah terkait energi hijau yang terkesan seperti baru ditemukan sebagai sebuah hasil belajar atau persiapan. Sebatas untuk kepentingan debat saja," kata Pri Agung kepada CNBC Indonesia, Senin (22/1/2024).
Pri menilai wajar saja apabila ketiga paslon tidak membahas terlalu teknis berkaitan dengan isu-isu di sektor energi. Apalagi sektor migas bukan bidang dari ketiga paslon tersebut.
Produksi Minyak dan Gas Turun
Dalam catatan Kementerian ESDM, capaian produksi minyak siap jual atau lifting minyak di dalam negeri pada tahun 2023 mencapai 605.000 barel per hari (bph). Hal ini sejatinya tak mencapai yang ditargetkan pada tahun 2023 sebesar 660.000 bph.
Tak cuma di sektor minyak, lifting gas juga mengalami penurunan dan ada indikasi kelandaian. Tercatat realisasi lifting gas tahun 2023 mencapai 964 ribu BOEPD, lebih rendah dari asumsi 1,1 juta BOEPD.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi minyak yang diklaim terus turun dari tahun ke tahun.
"Lifting (produksi) migas bahwa sliding minyak jadi sudah sliding tidak terlalu tajam turunnya dari tahun kemarin," ujar dia saat Konferensi Pers Capaian Kinerja 2023 dan Rencana Kerja 2024 Ditjen Migas, Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Dia menyebutkan pihaknya akan mengaplikasikan strategi khusus untuk bisa meningkatkan produksi migas dalam negeri khususnya untuk tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya. "Mudah-mudahan tahun ke depan dengan strategi khusus kita bisa naik (produksi), kalau gas dipengaruhi oleh infrastruktur dan offtakernya," tambahnya.
Dengan begitu, dia menilai jika infrastruktur sudah terbangun dan sudah ada perusahaan yang menyerap produksi tersebut (offtaker) maka produksi migas dalam negeri bisa lebih optimal.
"Kalau infrastruktur sudah jadi, offtaker sudah ada, saya kira gambar ini sangat berubah karena sudah siap produksinya sudah ada tapi tidak maksimal karena dua masalah itu, infrastruktur dan yang membeli gas," tandasnya.
Di sisi lain, Koordinator Pokja Pengembangan WK Migas Konvensional Ditjen Migas Ma'ruf Affandi mengatakan, masih ada optimisme untuk produksi migas di tahun 2024 ini bisa kembali melonjak.
"Kalau tren lifitng ini sudah ditetapkan APBN 2024 itu asumsinya kalau untuk 2024 itu kan sudah ditetapkan disepakati pemerintah DPR 635 ribu bph. Kalau dibandingkan 2023 atau realisasi ada peningatkan masih ada optmistisme lifting gas bumi akan terus meningkat," kata dia dalam kesempatan yang sama.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah Uzur, Fasilitas Pipa Migas Kontraktor Harus Diganti
