Jelang Rilis Inflasi AS, Dow Futures Kurang Bertenaga Nih

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
11 April 2022 18:12
Trader Gregory Rowe works on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Aug. 5, 2019. Stocks plunged on Wall Street Monday on worries about how much President Donald Trump's escalating trade war with China will damage the economy. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) cenderung bergerak melemah pada perdagangan Senin (11/4/2022), di mana bursa saham AS masih berjuang untuk menghentikan penurunannya pada pekan lalu.

Kontrak futures indeks Dow Jones bergerak stagnan. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq terkoreksi yang masing-masing sebesar 0,3% dan 0,7%.

Pergerakan tersebut terjadi setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS melonjak pada Jumat (8/4) pekan lalu, di mana yield obligasi tenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak 3 tahun. Pada pagi tadi, yield obligasi tenor 10 tahun berada di 2,7553%.

Bursa saham AS berada pada pekan negatif, di mana saham teknologi menjadi perhatian. Indeks Nasdaq merosot 3,9% pekan lalu, indeks S&P 500 dan indeks Dow Jones anjlok yang masing-masing sebesar 1,3% dan 0,3%.

Namun, sektor kesehatan berada di zona positif, melesat lebih dari 3%.

Pertarungan melawan inflasi kemungkinan akan menjadi penggerak pasar pekan ini. Investor akan mengamati rilis data seperti indeks harga konsumen di Maret yang akan dirilis pada Selasa (12/4) dan indeks harga produsen akan dirilis pada Rabu (13/4).

Presiden bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Cleveland Loretta Mester mengatakan kepada CBS kemarin, bahwa dia percaya The Fed dapat mengendalikan inflasi tanpa menyebabkan kerusakan besar pada ekonomi.

"Jika Anda melihat risikonya, mengingat apa yang terjadi di dunia dan ekonomi, ada potensi resesi. Tapi saya tetap optimis dan tahun ini tetap memproyeksikan adanya ekspansi yang akan terus berlanjut," kata Mester dikutip dari CNBC International.

Mester menambahkan bahwa lockdown di China akan menghambat rantai pasokan yang berkontribusi terhadap inflasi di AS.

Investor masih akan terus mengamati perkembangan di Ukraina. Perang antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan volatilitas di pasar minyak dan komoditas lain karena menghambat persediaan.

Pekan ini, akan dirilis kinerja keuangan kuartal I-2022, di mana JPMorgan Chase dan Delta dijadwalkan akan merilis neraca keuangan pada Rabu (13/4) pagi hari.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular