Fed Effect Terasa Sampai Harga Tembaga!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
07 April 2022 11:34
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga terseret rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang lebih agresif.

Pada Kamis (7/4/2022) pukul 11:07 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 10.275/ton, turun 0,29% dibandingkan posisi kemarin.

The Fed telah merilis risalah hasil pertemuan 15-16 Maret lalu membuat indeks dolar AS (DXY) melambung ke level tertinggi 2 tahun. Saat ini DXY berada di 99,57. Tingginya dolar membuat logam yang dibanderol dengan greenback lebih mahal ketimbang mata uang lainnya.

Bank sentral Negeri Paman Sam itu juga sepakat mengurangi neraca keuangan sebesar US$ 95 miliar per bulan. Selain itu, The Fed juga mempertimbangkan kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan berikutnya. Hal ini berarti The Fed all out bertempur dengan inflasi.

Banyak peserta rapat mencatat bahwa-dengan inflasi di atas target Komite (Pasar Terbuka Federal/FOMC), risiko inflasi masih meninggi, dan Fed Funds Rate di bawah estimasi peserta pasar dalam jangka panjang-mereka condong pada kenaikan sebesar 50 basis poin di rentang waktu yang ditargetkan.

Pada bulan lalu, The Fed telah menaikkan suku bunga pertama kali sejak tiga tahun lalu ke 0,25-0,5%, mengakhiri tren suku bunga murah. Proyeksi bahwa suku bunga akan berakhir di 1,75-2% pada akhir tahun ini. Hal ini merupakan respons terhadap inflasi yang sudah terlampau panas di Negeri Adikuasa.

Akan tetapi pasar memandang The Fed akan lebih agresif dalam mendinginkan inflasi AS yang mencapai 7,9%. Harapannya The Fed akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada Mei, Juni, dan Juli untuk membawa suku bunga menjadi 2,5-2,75% pada akhir tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Investor, Harga Tembaga Minggu Ini Suram...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular