
Harga Minyak Naik Sih, Tapi Ntar Juga Turun Lagi...

Namun ke depan, risiko koreksi harga minyak masih terbuka. Ada beberapa faktor penyebabnya.
Satu, kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed bakal lebih agresif dalam menaikkan suku bunga kian membesar. Ini terlihat dari notula rapat (minutes of meeting) edisi Maret 2022.
Dalam rapat tersebut, terlihat bagaimana 'suasana kebatinan' Jerome 'Jay' Powell dan kolega. Tampak bahwa aroma pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif begitu terasa.
"Para peserta rapat menilai sudah saatnya mengubah posisi (stance) kebijakan moneter ke arah netral. Para partisipan juga menggarisbawahi bahwa perubahan ke kebijakan moneter yang lebih ketat adalah sebuah keniscayaan, tergantung perkembangan ekonomi dan pasar keuangan," tulis notula itu.
The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan bulan lalu. Pelaku pasar memperkirakan bakal ada enam kali kenaikan lagi sepanjang tahun ini, yang juga terlihat dalam dotplot terbaru The Fed.
![]() |
Saat suku bunga acuan Negeri Paman Sam tinggi, maka akan ikut mendongkrak imbalan investasi aset-aset berbasis dolar AS. Hasilnya, peluang penguatan dolar AS sangat besar.
Minyak adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS menguat, minyak jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan minyak turun, harga pun akan mengikuti.
Halaman Selanjutnya --> Shanghai Digembok, Harga Minyak Bisa Melorot
(aji/aji)