Merosot 4 Hari Beruntun, Dolar Singapura Sehat?
Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan ritel Singapura yang jeblok di bulan Februari menguat mata uangnya merosot 4 hari beruntun melawan rupiah hingga perdagangan Rabu (6/4/2022). Selain itu, pelaku pasar juga menanti Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di bulan ini.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura hari ini sempat turun 0,16% ke Rp 10.533/SG$ di pasar spot, setelah kemarin merosot 0,28%. Untuk dolar Singapura yang volatilitasnya rendah, penurunan tersebut terbilang cukup tajam.
Kemarin, Departemen Statistik Singapura (SingStat) melaporkan penjualan ritel di bulan Februari turun 1,2% month-to-month (mtm), dan 3,4% year-on-year (yoy). Penurunan tersebut menjadi yang pertama setelah terus menanjak dalam 5 bulan beruntun.
Nilai penjualan ritel tercatat sebesar SG$ 3,2 miliar, dengan penjualan online berkontribusi 13,6%. Persentase tersebut mengalami kenaikan dari bulan Januari sebesar 12,4%.
Menurut SingStat penurunan tersebut terjadi akibat faktor musiman, di mana musim belanja Hari Raya Imlek tahun ini terjadi pada bulan Januari.
Sementara itu, pelaku pasar menanti MAS yang sedang dalam periode blackout selama 21 hari hingga pengumuman kebijakan moneter 14 April mendatang.
Selama periode blackout tersebut, MAS tidak mengeluarkan pernyataan apa pun. Sementara banyak analis memperkirakan kebijakan moneternya akan kembali diketatkan, bahkan lebih agresif dari sebelumnya di bulan Januari dan Oktober tahun lalu.
Pelaku pasar tentunya tidak mau gegabah, sebab ada kemungkinan MAS mengetatkan kebijakannya tetapi tidak agresif. Sebab, inflasi inti di bulan Februari mengalami pelambatan.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MIT) bersama MAS pada pertengahan Maret lalu melaporkan inflasi di bulan Februari tumbuh 4,3% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 4%.
Sementara inflasi inti justru melambat menjadi 2,2% (yoy) dari sebelumnya 2,4%, dan lagi-lagi lebih rendah dari ekspektasi ekonom 2,5%.
Inflasi inti merupakan acuan MAS dalam menetapkan kebijakan moneter.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).
Sejauh ini MAS sudah dua kali mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan slope $SNEER pada pertengahan Oktober lalu, dan awal tahun ini. Di bulan ini MAS diperkirakan akan lebih agresif dengan menaikkan slope, width dan centre.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)