Gak Kuatt.. Tembaga Tak Berdaya Hadapi Dolar AS yang Perkasa
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia melemah pada perdagangan hari ini tertekan oleh penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS). Sementara kekhawatiran penurunan permintaan dari konsumen utama China juga membuat sentimen makin suram.
Pada Senin (4/4/2022) pukul 13.15 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 10.295/ton, turun 0,57% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.
Dolar AS masih bertahan di level yang tinggi di US$ 98,58 karena ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang lebih agresif. Terutama setelah rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang positif dapat menjadi alasan kuat bagi Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga secara agresif.
Sebagai catatan, Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (1/4/2022) melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 3,6% dari 3,8%.
Dolar yang kuat membuat logam dijual dengan greenback lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Di sisi lain, kasus Covid-19 baru di China kembali pecah rekor. China melaporkan ada 13.287 kasus Covid-19 baru yang terdata per Sabtu (2/4/2022) waktu setempat.
Melansir Reuters, Minggu (3/4), penambahan kasus Covid-19 baru di China banyak berasal dari Timur Laut Provinsi Jilin. Penambahan kasus baru yang banyak membuat Shanghai kini memberlakukan kebijakan lockdown.
Penambahan kasus baru Covid-19 yang signifikan membuat beberapa kota di China kembali memberlakukan kebijakan lockdown. Salah satu kota yang melakukan kebijakan ini adalah Shanghai. Kota pusat bisnis di China ini bahkan sudah memberlakukan kebijakan tes antigen massal mulai Minggu ini.
Kebijakan ini dikhawatirkan akan menutup keran permintaan dari China sebagai konsumen utama logam dunia sehingga membuat harga tembaga turun.
China adalah konsumen tembaga olahan terbesardi dunia dengan mengonsumsi 54% dari total volume konsumsi tembaga dunia, melansir data Statista. Sehingga permintaan dari China bisa mempengaruhi harga tembaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/vap)