Gak Kuatt.. Tembaga Tak Berdaya Hadapi Dolar AS yang Perkasa

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
04 April 2022 15:20
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia melemah pada perdagangan hari ini tertekan oleh penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS). Sementara kekhawatiran penurunan permintaan dari konsumen utama China juga membuat sentimen makin suram.

Pada Senin (4/4/2022) pukul 13.15 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 10.295/ton, turun 0,57% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.

Dolar AS masih bertahan di level yang tinggi di US$ 98,58 karena ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang lebih agresif. Terutama setelah rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang positif dapat menjadi alasan kuat bagi Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga secara agresif.

Sebagai catatan, Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (1/4/2022) melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 3,6% dari 3,8%.

Dolar yang kuat membuat logam dijual dengan greenback lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Di sisi lain, kasus Covid-19 baru di China kembali pecah rekor. China melaporkan ada 13.287 kasus Covid-19 baru yang terdata per Sabtu (2/4/2022) waktu setempat.

Melansir Reuters, Minggu (3/4), penambahan kasus Covid-19 baru di China banyak berasal dari Timur Laut Provinsi Jilin. Penambahan kasus baru yang banyak membuat Shanghai kini memberlakukan kebijakan lockdown.

Penambahan kasus baru Covid-19 yang signifikan membuat beberapa kota di China kembali memberlakukan kebijakan lockdown. Salah satu kota yang melakukan kebijakan ini adalah Shanghai. Kota pusat bisnis di China ini bahkan sudah memberlakukan kebijakan tes antigen massal mulai Minggu ini.

Kebijakan ini dikhawatirkan akan menutup keran permintaan dari China sebagai konsumen utama logam dunia sehingga membuat harga tembaga turun.

China adalah konsumen tembaga olahan terbesardi dunia dengan mengonsumsi 54% dari total volume konsumsi tembaga dunia, melansir data Statista. Sehingga permintaan dari China bisa mempengaruhi harga tembaga.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Maaf Investor, Harga Tembaga Minggu Ini Suram...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular