Investasi Dolar Singapura Cuan Tipis Sepanjang Kuartal I-2022

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 April 2022 14:25
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura sempat menguat cukup tajam melawan rupiah di kuartal I-2022. Namun, jika dilihat secara keseluruhan penguatannya tipis saja.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura hanya menguat 0,4% dalam 3 bulan pertama tahun ini ke kisaran Rp 10.601/SG$. Sebelumnya, mata uang Negeri Merlion ini memang sempat menembus ke atas Rp 10.700/SG$, tetapi rupiah perlahan mampu bangkit.

Penguatan dolar Singapura tersebut ditopang oleh pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan otoritas moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) pada bulan Januari lalu.

Pada akhir Januari lalu, MAS mengejutkan pasar dengan menaikkan slope $SNEER, begitu juga dengan lebar (width) tetapi titik tengah atau centre tidak berubah.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate).

Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.

Pada 14 Oktober lalu MAS juga menaikkan slope S$NEER dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara width dan centre masih tetap.

Rupiah perlahan bangkit berkat fundamental dalam negeri yang bagus, sehingga memicu capital inflow di pasar saham.

Ditopang kenaikan harga komoditas neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus 22 bulan beruntun, dan membantu transaksi berjalan Indonesia membukukan surplus sebesar US$ 1,4 miliar atau 0,4% dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV-2021.

Sepanjang 2021, surplus transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 3,3 miliar (0,3% dari PDB). Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus secara tahunan yakni pada 2011 lalu.

Dari pasar saham, data pasar mencatat, sepanjang kuartal I-2020, terjadi capital inflow di pasar saham Indonesia lebih dari Rp 27 triliun.

Perang Rusia dengan Ukraina membuat aliran modal terbang dari Eropa, dan salah satunya menuju pasar saham Indonesia.

Data dari Emerging Portfolio Fund Research (EPFR) yang dikumpulkan Bank of America (BofA) menunjukkan dalam sepekan yang berakhir 2 Maret, terjadi net outflow di pasar saham Eropa senilai US$ 6,7 miliar atau sekitar Rp 95,8 triliun. Duit yang terbang keluar dalam sepekan tersebut menjadi yang terbesar dalam lima tahun terakhir.

Duit yang terbang dari Barat tersebut tentunya mencari tempat 'berkembang biak' yang baru, dan negara di Timur termasuk Indonesia, yang jauh dari konflik dan minim eksposur ke Rusia menjadi salah satu pilihannya.

Berkat inflow tersebut, rupiah mampu cukup stabil dan memangkas pelemahan melawan dolar Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular