
Doyan Traveling ke Jepang? Kurs Yen Lagi Murah Banget!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang terus terpuruk melawan rupiah di bulan ini. Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang tertinggal jauh dalam menormalisasi kebijakan moneternya membuat yen terus merosot.
Pada perdagangan Senin (28/3/2022), yen ditransaksikan di kisaran Rp 115,18/JPY, merosot 1,95% dibandingkan posisi penutupan perdagangan Jumat pekan lalu, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang termurah dalam lebih dari 5 tahun terakhir, dan sepanjang bulan ini sudah ambrol nyaris 8%.
Aksi BoJ meredam laju kenaikan yield obligasi membuat yen terpuruk. Seperti diketahui, BoJ memiliki kebijakan yield curve control (YCC), dimana yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun dipertahankan di dekat 0%.
Yield tersebut perlahan sedang merangkak naik hari ini sempat menyentuh 0,251% yang merupakan level tertinggi sejak Januari 2016. BoJ pun bertindak dengan membeli obligasi guna meredam kenaikan yield tersebut. Artinya, likuiditas perekonomian kembali bertambah, dan yen pun melemah.
Pada Jumat (18/3/2022) lalu, BoJ mengumumkan kebijakan moneter dengan suku bunga acuan tetap -0,1%, dan YCC obligasi tenor 10 tahun dekat 0%. Bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda ini belum mengindikasikan akan melakukan pengetatan moneter seperti bank sentral utama dunia lainnya.
"Dengan inflasi dan pertumbuhan upah yang tertinggal dari negara lainnya, BoJ tidak memiliki pilihan selain bersabar dan mempertahankan stimulus moneternya sampai masa jabatan Kuroda habis pada April 2023," kata Hiroshi Shiraishi, ekonom senior di BNP Paribas Securities sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (18/3/2022).
Sementara itu Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menaikkan suku bunga di semester II-2022. Artinya, BI akan lebih dulu mengetatkan kebijakannya, yang tentunya akan menguntungkan rupiah.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, saat pengumuman kebijakan moneter pertengahan bulan ini sekali lagi menegaskan suku bunga akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental.
"Saya tegaskan bahwa kebijakan moneter merespon kenaikan inflasi yang bersifat fundamental, yaitu inflasi inti. (Kebijakan moneter) tidak merespon secara langsung kenaikan volatile food maupun administered prices, tidak merespon first round impact, tetapi yang direspon adalah implikasinya," kata Perry saat konferensi pers pasca Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis (17/3/2022).
Inflasi inti saat ini berada di level 2,03% yang merupakan batas bawah target BI 3% plus minus 1%.
Kepala ekonom BCA David Sumual mengatakan inflasi inti akan menjadi kekhawatiran jika sudah mendekati batas atas headline.
"Selama ini core lebih rendah daripada headline. Kalau core mengarah ke batas atas headline mungkin perlu diwaspadai," tutur David, kepada CNBC Indonesia.
Hasil polling Reuters menunjukkan inflasi inti di bulan Maret diprediksi sebesar 2,21%, mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sehingga bisa memperkuat spekulasi BI akan menaikkan suku bunga di semester II-2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sayonara Yen! Semua karena Ekonomi Jepang Loyo
