Awal Pekan, Lawan Dolar AS Keok Tapi Rupiah Jaya di Eropa

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Senin, 28/03/2022 12:46 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berjaya di hadapan euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Senin (28/3/2022).

Eskalasi konflik Rusia-Ukraina, kenaikan harga energi dan pangan, serta angka inflasi di wilayah Eropa dan Inggris masih menjadi latar belakang pelemahan mata uangnya.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:15 WIB euro terhadap rupiah terkoreksi 0,16% ke Rp 15.722,01/EUR dan dolar franc swiss melemah terhadap rupiah sebanyak 0,21% ke Rp 15.375,88/CHF.


Hal yang serupa terjadi, poundsterling terdepresiasi terhadap Mata Uang Garuda sebanyak 0,10% ke Rp 18.880,77/GBP.

Sebelumnya, siang hari ini rupiah berbalik arah menjadi terkoreksi sebanyak 0,10% ke Rp 14.355/US pada pukul 11:00 WIB. Wajar saja, Mata Uang Tanah Air hari ini terkoreksi karena dolar AS memang sedang menguat di pasar spot.

Di Inggris, kenaikan harga yang berlangsung merupakan yang tercepat dalam tiga dekade. Pada pekan lalu, Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak mengumumkan akan menaikkan ambang batas asuransi nasional dan memotong bea masuk bahan bakar.

Namun, hal tersebut mengundang kritik yang menilai bahwa pemerintah Inggris tidak berbuat banyak untuk mengurangi tekanan kenaikan harga energi dan inflasi. Bahkan, Resolution Foundation memperkirakan sebanyak setengah juta anak akan berada di bawah garis kemiskinan tahun depan.

Buruh telah meminta kanselir untuk memotong pajak atas tagihan energi dan membatalkan rencana kenaikan asuransi nasional yang akan dimulai pada April.

Selain itu, eskalasi konflik di Ukraina masih menjadi sentimen buruk untuk wilayah Eropa. Di mana pada Minggu (27/3) lalu pasukan Rusia melipatgandakan serangan di sekitar ibu kota Kyiv dan kota Mariupol yang hampir jatuh ke tangan Moskow, seperti yang diwartakan The Straits Times.

Pekan ini, para investor akan disibukkan dengan rilis data inflasi di bulan Maret untuk wilayah Eropa. Selain itu, Presiden Bank of Eropa (ECB) Christine Lagarde dan Gubernur BOE Andrew Bailey dijadwalkan akan memberikan pernyataan.

Dari dalam negeri, konflik Rusia-Ukraina yang telah mengerek harga minyak dunia dan sempat menembus angka US$ 128/barel, ternyata membawa berkah bagi Indonesia. Kenaikan harga minyak memberikan dampak positif bagi pendapatan negara.

Lonjakan harga minyak dunia berdampak pada harga minyak mentah Indonesia alias Indonesia Crude Price/ICP.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Februari menaikkan harga ICP menjadi US$ 95,72/barel dari US$ 85.89/barel di Januari 2022. Harga ICP tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan asumsi dalam APBN 2022 yang ditetapkan hanya US$ 63/barel.

Dengan potensi adanya penambahan pendapatan negara akibat harga minyak naik, maka nantinya dapat dialokasikan untuk biaya meningkatkan subsidi energi di masyarakat.

Tidak heran, Mata Uang Garuda dapat berjaya di awal pekan ini. Banyaknya sentimen negatif di wilayah Eropa dan Inggris membatasi gerak mata uangnya hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(aaf/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Peternak: Atasi Masalah Broker - Harga Ayam, RI Bisa Nyontek Thailand