Sentimen Pasar Memburuk, Dow Futures Melemah

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
23 March 2022 19:19
A trader works on the floor at the New York Stock Exchange (NYSE) in New York City, New York, U.S., January 2, 2019. REUTERS/Shannon Stapleton
Foto: New York Stock Exchange (NYSE) (REUTERS/Shannon Stapleton)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu (23/3/2022), di mana para investor masih mengevaluasi pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tentang suku bunga acuan dan inflasi dan perang Rusia-Ukraina.

Kontrak futures indeks Dow Jones turun 90 poin atau melemah 0,3%. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq terkoreksi yang masing-masing sebesar 0,3% dan 0,4%.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan sebanyak 100,000 orang terjebak di Pelabuhan Mariupol dan mengatakan mereka berada di bawah "blokade penuh" dan "kondisi tidak manusiawi". Zelenskyy juga meminta kepada negara-negara lain untuk memberi tekanan terhadap Rusia karena konflik memasuki jalan buntu.

Harga minyak melonjak hari ini, di mana minyak acuan AS melonjak 1,6% ke US$ 111,07/barel. Minyak jenis Brent melesat 2% ke US$ 117,81/barel.

Kemarin, indeks Dow Jones menguat lebih dari 250 poin, dibantu oleh saham Nike yang melonjak 2,2% setelah melaporkan kinerja keuangannya. Indeks S&P 500 melesat 1,1%. Kenaikan tersebut terjadi karena investor mengevaluasi pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell.

Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kali sejak 2018 dan proyeksi untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin yang mengindikasikan kenaikan enam kali di tahun ini.

Pada Senin (21/3) lalu, Powell kembali menyatakan bahwa akan mengambil tindakan agresif terhadap inflasi.

"Pasar tenaga kerja yang sangat kuat dan inflasi terlalu tinggi. Jika kami menyimpulkan bahwa pantas untuk mengambil langkah-langkah agresif dengan menaikkan suku bunga acuan lebih dari 25 basis poin pada pertemuan berikutnya, kami akan melakukannya," tambahnya dikutip dari CNBC International.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 2,39% yang menjadi level tertinggi sejak Mei 2019. Hari ini, yield obligasi diperdagangkan di 2,36%.

"Sikap investor didukung oleh fakta bahwa pasar saham tampaknya tidak terlalu khawatir tentang yield obligasi yang melonjak lebih tinggi atau The Fed yang semakin hawkish dari hari ke hari," tutur Kepala Perencana Investasi Leuthold Group Jim Paulsen.

Indeks S&P 500 hanya turun 5% dari rekor tertingginya dan telah melampaui rata-rata pergerakan 50 hari dan 200 hari.

Namun, investor aktivis terkenal Carl Icahn mengatakan bahwa ada potensi penurunan ekonomi.

Data penjualan rumah baru di Februari akan dirilis hari ini pukul 10 pagi waktu setempat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular