
Tak Ngegas Lagi, Dolar Australia Turun ke Bawah Rp 10.600

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah meroket lebih dari 3% sepanjang pekan lalu, kurs dolar Australia mulai turun lagi sejak Senin kemarin dan berlanjut pada perdagangan Selasa (22/3). Penurunan hari ini terjadi setelah gubernur bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA), Philip Lowe, bersikap dovish.
Melasnir data Refinitiv, dolar Australia pagi ini turun 0,36% ke Rp 10.572/AU$ di pasar spot, melanjutkan penurunan 0,2% kemarin.
Pada pekan lalu, dolar Australia mampu meroket hingga lebih dari 3% yang membuatnya menjadi lebih mahal ketimbang dolar Singapura.
Salah satu pemicunya yakni turunnya tingkat pengangguran. Biro Statistik Australia pagi tadi melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 4% di bulan Februari, yang merupakan level terendah dalam lebih dari 13 tahun terakhir.
Sepanjang bulan lalu, perekonomian Australia juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 77.400 orang, jauh lebih tinggi dari bulan Januari 28.300 orang.
Dengan pasar tenaga yang kuat, dan inflasi yang tinggi membuat pelaku pasar memperkirakan RBA akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Seperti diketahui pada akhir Januari lalu Biro Statistik Australia pada melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.
Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.
Pasar kini melihat RBA bisa menaikkan suku bunga pada bulan Juni. Tetapi, Gubernur Lowe sekali lagi meredam ekspektasi tersebut.
Saat berbicara pagi ini, Lowe menegaskan RBA baru akan menaikkan suku bunga jika inflasi sudah mulai merata.
"Bank sentral tidak akan merespon (dengan menaikkan suku bunga) sampai ada bukti inflasi sudah merata," kata Lowe sebagaimana dilansir FX Street.
Alhasil, laju kenaikan kurs dolar Australia pun terhenti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
