Harga Migor to The Moon, Cuan Ga Pegang Saham Produsen CPO?

adf, CNBC Indonesia
22 March 2022 09:25
Pengunjung melihat minyak goreng kemasan yang dijual di Lotte Grosir, Alam Sutera, Tagerang Selatan, Jumat (18/3/2022). Mulai pukul 00.00 16 Maret 2022 pemerintah mencabut ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng kemasan sederhana dan premium. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Pengunjung melihat minyak goreng kemasan yang dijual di Lotte Grosir, Alam Sutera, Tagerang Selatan, Jumat (18/3/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah akhirnya mengumumkan perubahan kebijakan minyak goreng (migor) dari harga eceran tertinggi (HET) dengan wajib pemenuhan domestik (domestic market obligation/ DMO) menjadi mekanisme pasar dengan subsidi untuk migor curah.

Dengan ini, migor tidak lagi barang langka dan mendadak membanjiri supermarket. Namun, dampak langsungnya adalah harga migor langsung melambung hingga Rp 50 ribu untuk pouch ukuran 2 liter dari sepekan sebelumnya, sedangkan, ukurang 1 liter berkisar Rp 21.000 - 25.000 per pouch.

Asal tahu saja, pemerintah tidak lagi membatasi harga migor maksimal Rp14.000 per liter mulai 16 Maret 2022.

Lantas, bagaimana implikasi terhadap saham-saham emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di bursa domestik?

Sebagaimana diketahui, sejumlah emiten CPO yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga memproduksi migor, seperti emiten Grup Sinar Mas PT SMART Tbk (SMAR) yang memiliki produk migor dengan jenama Filma, Kunci Mas, Mitra, dan Palmvita.

Contoh lainnya, adalah emiten Grup Salim PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) yang memproduksi migor dengan merek Bimoli dan Delima.

Kinerja 10 Besar Saham CPO Sejak Awal Tahun (YtD)

No

Ticker

% per Senin (21/3)

% YtD

1

GZCO

0.00

110.14

2

CSRA

-2.74

42.00

3

DSNG

-4.41

30.00

4

AALI

-0.83

25.26

5

TAPG

-2.70

18.03

6

LSIP

-1.79

16.03

7

SSMS

0.92

13.99

8

SMAR

7.86

13.30

9

UNSP

0.84

10.09

10

SIMP

-1.39

9.21

Sumber: BEI | Per Senin (21/3)

Berdasarkan data di atas, PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) menjadi yang paling melesat yakni hingga 110,14% secara ytd ke Rp 145/unit.

Duo saham Grup Ciputra milik taipan TP Rachmat, PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) juga masing-masing melejit 30,00% dan 18,03%.

Saham Grup Astra PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga mencuat 25,26% secara ytd.

Sementara, duo Grup Salim, PT PP London Sumatra Indonesia (LSIP) dan SIMP juga sukses melejit 16,03% dan 9,21% ytd.

Adapun, saham SMAR melonjak 13,30% sepanjang tahun ini.

Kinerja saham emiten CPO sejak awal tahun ini (ytd) memang terbilang moncer, seiring dengan ekspektasi bakal cemerlangnya kinerja keuangan di tengah tren kenaikan harga CPO.

Dalam hal ini, kenaikan harga migor dalam taraf tertentu turut menjadi katalis bagi emiten-emiten tersebut.

Ini setidaknya terlihat dari respons investor pada saat pemerintah resmi melepas harga minyak goreng dalam kemasan ke mekanisme pasar mulai Rabu minggu lalu atau 16 Maret 2022. Pada hari yang sama (16/3), harga sejumlah saham CPO utama menghijau.

Saham, ambil contoh, AALI ditutup naik 4,29% pada Rabu pekan lalu (16/3). Kemudian saham SIMP dan LSIP terapresiasi 2,04% dan 3,36%.

Lalu, duo saham Grup Triputra TAPG dan DNSG menguat 1,27% dan 0,74%. Saham BWPT, SSMS, dan SGRO juga terkerek naik 3,90%, 3,11%, dan 3,26%.

Kendati, memang, sejumlah saham CPO utama lainnya memerah, seperti saham SMAR turun 0,22%.

Kinerja Fundamental yang Ciamik

Berbicara soal kinerja fundamental, lonjakan tinggi CPO secara signifikan mendongkrak kinerja keuangan emiten produsennya sepanjang 2021.

Pada 2021, AALI, misalnya, mencetak laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp 1,97 triliun, melonjak 136,6% dibandingkan dengan Rp 833,09 miliar pada tahun sebelumnya.

Pendapatan bersih AALI mencapai Rp 24,3 triliun pada 2021, tumbuh 29,3% dari Rp 18,8 triliun pada 2020.

Kemudian, SIMP membukukan kenaikan laba bersih secara signifikan sebesar 320,18% secara tahunan (yoy) dari Rp 234,28 miliar pada 2020 menjadi Rp 984,41 miliar pada periode yang sama tahun 2021.

Kenaikan laba bersih SIMP ditopang oleh pendapatan bersih yang naik 35,81% secara yoy menjadi Rp 19,66 triliun sepanjang 2021 berkat kenaikan ASP produk sawit di tengah menyusutnya produksi.

Seperti sang induk SIMP, kinerja penjualan LSIP atau biasa disebut Lonsum juga ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit.

Laba bersih LSIP tercatat sebesar Rp 991,24 miliar untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2021. Angka tersebut naik 42,42% secara yoy dari laba bersih tahun sebelumnya Rp 696,01 miliar.

Pendapatan bersih perusahaan juga meningkat 27,96% secara yoy menjadi Rp 4,53 triliun pada 2021.

Last but not least, laba bersih SMAR juga tumbuh 84% secara tahunan (YoY) hingga akhir 2021.

Laba bersih SMAR sepanjang 2021 mencapai Rp 2,827 triliun atau naik dari posisi per 2020 yaitu Rp 1,539 triliun.

Laba bersih perusahaan melonjak ditopang kenaikan pendapatan atau penjualan bersih SMAR sebesar 41% YoY dari Rp 40,43 triliun pada 2020 menjadi Rp 57 triliun di 2021.

Asal tahu saja, per Senin (21/3), harga kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia berada di MYR 5.774/ton atau sudah melesat 22,93%. Bahkan, pada 9 Maret 2022, harga CPO sempat melonjak ke level tertinggi MYR 7.074/ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Rajanya Sawit, Kok Harga Minyak Goreng Melambung?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular