Pedagang Nikel 'Ngamuk' ke Bursa Logam London (LME), Kenapa?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
17 March 2022 19:28
A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel longsor hingga batas maksimum yang telah ditentukan yaitu 5% saat pembukaan hari pertama perdagangan.

Kemarin (16/3/2022), harga nikel yang diperdagangkan di bursa logam London (LME) tercatat US$ 45.590/ton. Bahkan saat awal perdagangan sempat menyentuh US$ 43.995/ton, turun 8%.

Terbaru, LME akan menaikkan batas harga harian untuk nikel menjadi 8% dari 5% mulai Kamis, katanya dalam sebuah pemberitahuan.

Saat pasar dibuka kembali terdapat gangguan sehingga harus menghentikan perdagangan elektronik selama beberapa jam dan hanya segelintir kontrak yang berpindah tangan. Hal ini membuat para pedagang kecewa.

"Sungguh berantakan. Ini memalukan, tidak teratur bahkan tidak menggambarkannya," kata seorang pedagang logam.

"Orang-orang akan mulai berpikir untuk pindah dari LME."

Krisis nikel mengancam akan mencoreng kinerja. Beberapa investor yang marah mengatakan mereka akan meninggalkan perdagangan di pasar.

"Likuiditas akan terus berkurang. Siapa pun yang berpikir untuk memberikan likuiditas ke pasar pasti akan berpikir dua kali," kata Keith Wildie, kepala perdagangan di Romco Metals.

"Saya tidak berpikir ini adalah masalah pasar, saya pikir ini adalah masalah eksistensial untuk LME."

Sebelumnya bursa yang jadi acuan perdagangan logam dunia tersebut ditangguhkan lebih dari seminggu karena aksi short selling membawa harga nikel mencapai lebih dari US$ 100.000/ton.

Perdagangan yang dimulai telah mengakhiri minggu paling dramatis dalam sejarah pasar logam London. Kejadian tersebut membawa industri ke dalam 'kekacauan'. Menyebabkan segelintir pialang sudah berada di ambang kebangkrutan.

Setelah menghentikan perdagangan pada saat itu, bursa juga mengambil langkah dramatis dengan membatalkan sekitar US$ 3,9 miliar transaksi yang terjadi ketika harga bergerak dari US$ 50.000 menjadi lebih dari US$ 100.000/ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Listrik Bikin Harga Nikel Melejit, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular