AS Hampir Bebas Masker, Gimana Nasib Saham Produsen Masker?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyebut, sekitar 98% populasi AS tinggal di lokasi di mana tingkat Covid-19 cukup rendah, sehingga orang tidak perlu memakai masker di dalam ruangan.
Seperti diketahui, CDC pada 25 Februari 2022 lalu secara dramatis telah melonggarkan pedoman Covid-19 tentang kapan orang Amerika harus mengenakan masker di dalam ruangan, dengan mengatakan mereka dapat melepasnya di negara-negara yang memiliki tingkat kasus Covid-19 rendah atau sedang.
Bulan lalu, CDC awalnya mengatakan 70% dari wilayah yang mencakup 72% orang Amerika dapat melepaskan masker. Mengutip Reuters, Jumat (11/03/2022), informasi terbaru dari CDC mengatakan bahwa 98% orang Amerika yang tinggal di 94% wilayah AS dapat terbebas dari masker.
Sementara ini pada dasarnya merupakan kabar yang baik, tetapi bagaimana dengan nasib perusahaan yang memproduksi atau menjadi penyuplai masker Covid-19 di AS?
Nasib Perusahaan Masker Asal AS
Berdasarkan penelusuran cepat Tim Riset CNBC Indonesia, setidaknya ada 3 perusahaan publik AS yang ikut menjadi penyuplai masker N95, yang telah banyak diminati oleh petugas kesehatan seiring pagebluk Covid-19.
Ketiganya adalah Honeywell International, 3M, dan Kimberly-Clark. Honeywell melantai di bursa Nasdaq, sedangkan 2 nama terakhir di Bursa Saham New York (NYSE).
Sebenarnya, ketiga perusahaan tersebut tidak hanya berfokus memproduksi masker. Ketiganya merupakan saham industri dengan pelbagai segmen, mulai dari consumer goods sampai kertas.
Melansir The Street (14/2/2022), 3M mengumumkan bahwa penjualan masker perusahaan kemungkinan akan melambat tajam seiring penurunan kasus Covid-19 dan pada gilirannya turut membebani keuntungan perusahaan.
Dalam presentasi menjelang acara hari investor tahunan, manajemen 3M mengatakan bahwa penurunan yang diharapkan dalam "permintaan alat respirator sekali pakai terkait Covid" akan memukul penjualan organik sebesar 2 basis persentase dan menggerus US$ 0,45 dari total laba per saham (EPS) perusahaan.
Dalam paparannya, manajemen mengharapkan pertumbuhan penjualan organik sekitar 2% hingga 5% tahun ini, dengan laba di sekitar US$ 10,15 hingga US$ 10,65 per saham. Hal ini seiring perusahaan berkomitmen menggelontorkan dana sekitar US$ 4 miliar untuk penelitian dan pengembangan (R&D) dan belanja modal atawa capex.
Sementara, pesaing utama 3M dalam bisnis masker respirator, Honeywell, sebelumnya mengatakan pada awal Februari bahwa perlambatan penjualan masker akan menekan sekitar 1% terhadap pertumbuhan penjualan organik.
Honeywell sendiri memproyeksikan pertumbuhan organik di rentang 5% sampai 8% tahun ini.
Asal tahu saja, penjualan masker respirator N95, yang meningkat selama gelombang Omicron yang melanda AS akhir tahun lalu, membantu 3M membukukan laba kuartal keempat yang lebih kuat dari perkiraan sebesar US$ 2,31 per saham dengan pendapatan US$ 8,61 miliar pada akhir Januari.
Selain tiga nama di atas, melansir The Wall Street Journal, pada 14 Februari 2022, Canada Goose Holdings Inc., perusahaan pakaian mewah Kanada yang juga ikut membuat peralatan pelindung selama pagebluk, mengatakan penjualan produk masker perusahaan telah turun drastis.
Pendapatan lain-lain Canada Goose, yang mencakup penjualan produk untuk penanganan Covid-19, juga turun menjadi US$ 4 juta dalam tiga bulan terakhir tahun 2021, dari sebesar US$ 13,8 juta setahun sebelumnya.
Sejurus dengan proyeksi perlambatan tersebut, saham Honeywell, 3M, dan Kimberly-Clark ambles sejak awal tahun (ytd). (Lihat grafik berikut ini).
Saham Honeywell merosot 11,41%, 3M anjlok 19,28%, dan Kimberly-Clark terjungkal hingga minus 16,37% secara ytd.
Bagaimana nasib emiten RI >>> Baca di halaman selanjutnya
(adf/vap)